968kpfm, Kutai Kartanegara - Lokasinya yang berada di wilayah pesisir membuat Kecamatan Muara Badak, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) memiliki seabrek destinasi wisata pantai. Salah satunya Pantai Panrita Lopi yang terletak di ujung Pulau Pangempang.
Menuju dermaga Pantai Panrita Lopi, dapat menggunakan jalan darat dari Kota Samarinda. Kira-kira memakan waktu sekitar 45 menit.
Setibanya di dermaga, pengunjung bisa menyewa kapal penyeberangan dengan biaya Rp 15.000, sekali menyeberang.
Setelah 15 menit perjalanan menggunakan kapal, pengunjung langsung disambut oleh pengelola pantai Panrita Lopi dan menunjukan tiket masuk yang dibayar seharga Rp 15.000 untuk dewasa dan Rp 10.000 untuk anak-anak.
Jika ingin bermalam, pengunjung akan dikenakan biaya Rp 20.000 per malam. Ada beberapa fasilitas yang disewakan pengelola, seperti hammock seharga Rp 20.000 per hari dan tenda dengan harga sewa Rp 100-Rp 120 ribu per hari, sesuai kapasitas.
Sejarah Pantai Panrita Lopi
Salah satu warga Muara Badak bernama Daeng Lompo disebut penemu Pantai Panrita Lopi. Keresahan muncul saat dia kebingungan tak menemukan area yang cocok untuk berkemah di kawasan yang terkenal dengan pantai-pantai kecil itu.
Pencarian spot terbaik untuk berkemah pun dimulai. Hobinya riding atau berkendara dengan sepeda motor bersama sahabatnya membawa Daeng Lompo ke sebuah daerah, yang kontur tanahnya terdiri dari rawa di ujung Pulau Pangempang.
"Akhirnya saya beli tanah tersebut pada tahun 2016 seharga Rp 40 juta dengan panjang 170 meter dari bibir pantai dan lebar 80 meter. Jadi saya bersama teman-teman di klub motor itu yang merintisnya," ucap Daeng Lompo.
Tidak seperti Candi Prambanan yang jadi dalam semalam, Daeng Lompo bersama rekan-rekannya harus membawa cangkul dan alat lainnya agar bisa membangun lokasi yang dibeli menjadi tempat yang layak untuk dijadikan lokasi berkemah.
"Jadi saya terpikir untuk menimbun dengan pasir. Setelah itu barulah kami tanami pohon, lalu kembali ditimbun karena pohon ini tidak punya akar tunggal. Kurang lebih kedalaman timbunannya ini 2 meter," papar Daeng Lompo.
"Sampai sekarang juga terus kami timbun menggunakan alat sedot pasir dari pantai. Jadi targetnya nanti tanahnya itu rata dengan dermaga," sambungnya.
Setelah mulai terbentuk daratan yang dapat dipijak, Daeng Lompo memberikan nama pantai yang dibangunnya dengan sebutan Panrita Lopi. Bukan sembarang nama, menurutnya Panrita Lopi ini adalah sebuah ikon atau legenda di daerah asalnya, yakni Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan (Sulsel).
"Panrita Lopi adalah salah satu kapal pinisi yang mengharumkan nama Indonesia di mata dunia. Harapannya dengan nama ini bisa membantu saya sebagai wadah yang akan mempertemukan sesama orang Bulukumba, dan itu memang terwujud," jelasnya.
3.000 Pengunjung Setiap Bulan Datang ke Pantai Panrita Lopi
Terdapat 13 destinasi wisata berupa pantai yang berlokasi di Muara Badak. Sebanyak 4 pantai berada di luar, sementara 9 pantai lainnya bertempat di Pulau Pangempang.
Sejak resmi menjadi objek wisata pada tahun 2019 silam, pantai Panrita Lopi terus ramai dikunjungi oleh wisatawan lokal atau dari luar daerah. Sebelum pandemi Covid-19 menyerang, kata Daeng Lompo, pengunjung yang hadir bisa mencapai 2.000 orang per bulan.
Namun, virus corona, yang mulai melanda Tanah Air pada 2020 sempat membuat pria paruh baya ini menutup Pantai Panrita Lopi. Setelah pemerintah menerapkan kebijakan adaptasi kebiasaan baru, Daeng Lompo mulai kembali membangun Pantai Panrita Lopi menjadi destinasi wisata unggulan di Muara Badak.
"Saat itu saya sempat tidak punya uang lagi sehingga harus hutang. Jadi kami hanya di pulau saja selama masa awal pandemi untuk bertahan hidup. Namun, saat buka lagi kami mencoba bangkit dan sekarang sudah dikunjungi hampir 3.000 wisatawan per bulan," tuturnya.
Lantaran tidak memiliki segala fasilitas, Daeng Lompo sempat mengajak nelayan dan warga sekitar untuk bekerja sama dalam membangun pantai Panrita Lopi.
Tercatat kurang lebih ada 100 kepala keluarga yang membangkitkan ekonomi di Panrita Lopi. Mereka membuka usaha warung, jasa penyeberangan dan lokasi parkir pengunjung.
Sayangnya, tidak semua warga sekitar mau menjalani proses untuk membangun bisnis. Daeng Lompo berujar, mereka hanya ingin hal yang instan dan langsung meraup rupiah. Padahal dirinya sudah menyediakan lahan agar warga sekitar bisa mengelola bisnisnya secara mandiri.
"Saya sudah pernah mengajak warga di sini, tapi ya mohon maaf saya tidak punya uang. Saya hanya menawarkan tempat saja. Namun tidak semua orang mau berproses dari awal, sehingga hanya beberapa saja yang bertahan," cetusnya.
Meski begitu dirinya enggan berpangku tangan dan tetap menjalankan bisnis dengan sistem kekeluargaan dan kerjasama.
Selenggarakan Event Untuk Tarik Minat Pengunjung
Tak berhenti untuk berinovasi, Daeng Lompo mencoba menarik minat pengunjung dengan menggelar event. Meski dalam situasi pandemi, dirinya tetap bersikukuh untuk menyelenggarakan kegiatan dengan protokol kesehatan yang ketat.
Dijelaskannya, saat pelaksanaan kegiatan pada 2-4 April nanti, protokol kesehatan akan diterapkan sejak pengunjung menginjakkan kaki di area parkir. Seluruh pengunjung yang tiba pun harus mengenakan masker demi memutus mata rantai penyebaran virus korona.
"Kami sudah mengantongi sertifikat CHSE (Cleanliness, Health, Safety dan Environment). Jika tidak menerapkan protokol kesehatan dengan baik tentunya kami akan malu. Intinya setiap pengunjung wajib mengenakan masker," tegasnya.
Beberapa perlombaan pun telah disiapkan seperti bola pantai, voli pantai, lomba kuliner, lomba masak, lomba foto dan video, serta memancing. Harapannya kegiatan ini dapat menarik minat pengunjung supaya destinasi wisata menjadi ramai dan hidup dengan tetap mematuhi protokol kesehatan yang ketat.
Penulis: Fajar
Editor: Maul
Benua Etam
Terima Silaturahmi Masyarakat Umum, Gubernur Kaltim Berikan Santunan Kepada 1.000 Penerima29 Mar 2021