Main Image
Ekonomi
Ekonomi | 18 Dec 2024

BI Dorong Kaltim Genjot Ekonomi Hijau dan Biru

968kpfm, Samarinda - Bank Indonesia (BI) merekomendasikan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur (Pemprov Kaltim) untuk beralih dari dominasi industri ekstraktif menuju pengembangan ekonomi hijau dan biru. Langkah ini dinilai penting untuk menopang pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan.

Menurut Kepala Perwakilan BI Kaltim, Budi Widihartanto, eksplorasi sumber daya alam (SDA) yang mendukung ekonomi hijau dan biru perlu dipercepat.

Ia berpendapat, selama ini ekonomi Kaltim terlalu bergantung pada sektor pertambangan minyak, gas, dan batubara.

"Penting untuk mulai melakukan hilirisasi dan industrialisasi, sejalan dengan misi Asta Cita Presiden Prabowo Subianto, khususnya terkait swasembada pangan, energi, dan pengembangan ekonomi hijau dan biru," ujar Budi saat media gathering di Lombok pekan lalu.

Budi menjelaskan, ekonomi hijau berfokus pada sistem perekonomian rendah karbon dan efisien dalam penggunaan sumber daya. Ia juga mengatakan, investasi untuk mendukung kegiatan yang mengurangi emisi karbon dapat meningkatkan efisiensi energi, dan melestarikan keanekaragaman hayati.

Budi mencontohkan, kelapa sawit bisa menjadi salah satu penopang ekonomi hijau di Kaltim. Produk turunan sawit seperti bioenergi, kosmetik, dan minyak goreng memiliki potensi besar sebagai solusi berkelanjutan.

"Siapa bilang kebun sawit hanya merusak lingkungan? Dengan pengelolaan yang tepat, sawit justru bisa mendukung ekonomi hijau," tegas Budi.

Selain itu, tanaman Kaliandra dinilai berpotensi sebagai sumber energi ramah lingkungan. Kaliandra memiliki sistem perakaran yang mampu menyerap nitrogen, sehingga dapat menyuburkan tanah.

"Tanaman ini mudah tumbuh di berbagai jenis tanah dan bisa menjadi bahan bakar yang berkelanjutan," kata Budi.


Peluang Ekonomi Biru

Selain ekonomi hijau, Kaltim juga memiliki potensi besar untuk mengembangkan ekonomi biru. Ekonomi biru mencakup pemanfaatan sumber daya laut secara berkelanjutan, seperti perikanan, pelayaran, hingga bioteknologi kelautan.

Budi menyebutkan, garis pantai Kaltim yang mencapai 3.893 kilometer serta keberadaan 212 pulau dan ratusan ribu hektar kawasan mangrove merupakan modal besar untuk menopang ekonomi biru.

"Misalnya, pengolahan ikan kerapu dan kepiting, atau membudidayakan terumbu karang. Ini semua bisa meningkatkan pendapatan masyarakat tanpa merusak lingkungan," ungkapnya.

Ia menambahkan, prinsip keberlanjutan dan inklusivitas sosial harus menjadi fondasi dalam mengembangkan ekonomi biru.

"Kami perlu mengelola SDA laut secara serius melalui hilirisasi dan industrialisasi agar ekonomi biru memberikan manfaat optimal," pungkasnya.

Penulis: Maul

Share This Post
More News

Tap anywhere to start radio 96.8KPFM 🎵