KPFM SAMARINDA - Pemindahan ibu kota negara (IKN) dari Jakarta ke Kaltim diprediksi berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Diperkirakan pertumbuhan ekonomi akan meningkat jangka pendek sekitar 7,3 persen, dan 7,6 persen jangka panjang.
Diketahui, untuk tahun 2019, pertumbuhan ekonomi Kaltim sebesar 4,77 persen. Pertumbuhan ini dipandang postif, seiring proses pembangunan IKN di Bumi Etam. Namun peningkatan ini tak selamanya bertahan stabil dengan laju pertumbuhan ekonomi.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Kaltim, Tutuk SH Cahyono, menyebut pihaknya memperkirakan tahun 2020 ini Kaltim akan mengalami perlambatan ekonomi dan turunnya suku bunga acuan. Hal ini diakibatkan wabah virus corona atau covid-19 yang menyebar di berbagai negara dan menghambat sektor pariwisata dan kegiatan ekspor maupun impor.
"Perkirakan ada perlambatan ekonomi di tahun ini. Tahun lalu 4,77 persen, ditopang penuh sektor pertambangan, tahun ini perkiraan 3-4 persen," kata Tutuk, saat ditemui usai acara Irwan Legislative Club, Minggu (1/3/2020).
Padahal menurut Tutuk, ekonomi Kaltim pada triwulan III tahun 2019, mencapai 6 persen. Namun secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi Kaltim selama 2019, hanya menetap di angka 4,77 persen.
Tutuk menjelaskan, Kaltim perlu mencari sektor ekonomi baru guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang baik untuk Bumi Etam. Salah satunya adalah mengembangkan sektor hilirisasi produk CPO di Kaltim.
"Kaltim harus mencari alternatif dengan nilai tambah yang tinggi. Seperti ekspor CPO sawit, kembangkan hilirisasi produk tersebut," jelasnya.
Di bidang pariwisata, Kaltim ditopang oleh sektor pariwisata. Potensi wisata yang dapat ditingkatkan adalah di sektor wisata khusus seperti wisata hutan dan wisata bahari.
"Sektor jasa, potensi besar di Kaltim adalah pariwisata. Kaltim masih sangat kecil, padahal Kaltim punya bahari wisata dan hutan," imbuhnya.
Penulis: Reporter Magang
Editor: Maul
Benua Etam
Terima Silaturahmi Masyarakat Umum, Gubernur Kaltim Berikan Santunan Kepada 1.000 Penerima03 Mar 2020