968kpfm, Samarinda - Pendampingan ibu hamil dan pasca bersalin menjadi upaya strategis dalam program penurunan prevalensi kekerdilan atau stunting.
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kaltim, Nurul Wahdah menerangkan, pencegahan stunting pada anak dilakukan sejak 1.000 hari pertama kehidupan (HPK).
Menurutnya, pola pengasuhan di fase ini penting menunjang pertumbuhan dan perkembangan anak.
Pendampingan dimulai sejak masa konsepsi atau masa pembuahan, masa kehamilan, hingga bayi lahir dan berusia 24 bulan atau 2 tahun.
"Pengasuhan yang tepat sejak masa persiapan kehamilan hingga bayi berusia dua tahun diharapkan dapat mencegah terjadinya stunting pada balita," kata Nurul Wahdah, yang mewakili Gubernur Kaltim usai membuka Pelatihan Penguatan Tim Pendamping Keluarga (TPK) Dalam Pendampingan Ibu Hamil dan Pasca Salin.
Kegiatan yang diselenggarakan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Kaltim itu berlangsung di Ballroom Hotel Bumi Senyiur, Samarinda, Sabtu (24/12).
Dihadiri 23o peserta yang merupakan TPK dari 10 kecamatan se-Kota Tepian. Meliputi bidan, kader PKK, dan kader Keluarga Berencana (KB).
Menurut Nurul, TPK perlu memahami cara pendampingan ibu hamil yang baik. Sebab, petugas TPK yang berhadapan langsung dengan persoalan di lapangan.
Berdasarkan data yang dihimpun Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kaltim, pada 2021 angka kematian bayi (AKB) di Benua Etam mencapai 20 kematian dari 1.000 kelahiran hidup.
"Ini harus dikawal kalau mau menyelesaikan permasalahan stunting," ucapnya.
Di lokasi yang sama, Kepala BKKBN Kaltim, Sunarto mengamini kalau memperkuat sumber daya manusia (SDM) yang ada di TPK adalah ikhtiar mencegah angka stunting semakin meningkat.
Sunarto menilai, TPK memegang kunci utama dalam upaya penurunan prevalensi stunting. "Memberikan penguatan kepada TPK dalam penanggulangan stunting. Salah satunya adalah pelatihan pendampingan kepada ibu hamil dan pasca salin, yang kami gelar hari ini," kata Sunarto.
Dalam kegiatan tersebut, BKKBN Kaltim menghadirkan pembicara berkompeten di bidang obgyn (dokter kandungan) dan spesialis anak.
Para peserta mendapat materi pelatihan tentang menjaga kehamilan tetap sehat untuk bayi bebas stunting dan pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif.
"Ini untuk meningkatkan pengetahuan TPK. Penguatan itu kaitannya dengan komitmen menanggulangi stunting," tandasnya.
Menurut Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) prevalensi balita stunting di Kaltim pada 2021 adalah 22,8 persen, dengan jumlah keluarga berisiko stunting sebanyak 35,2 persen dari 792.046 keluarga.
"Kita berupaya untuk bisa menurunkan stunting pada angka di bawah 20 persen, atau 14 persen kalau sesuai target nasional," pungkas Sunarto.
Penulis: Maul
Benua Etam
Terima Silaturahmi Masyarakat Umum, Gubernur Kaltim Berikan Santunan Kepada 1.000 Penerima24 Dec 2022