968kpfm, Samarinda - Proses pemindahan sapi dengan cara digantung menggunakan crane menghebohkan jagat maya di Indonesia. Kejadian itu termuat dalam video berdurasi 27 detik dan tersebar di sosial media. Rekaman tersebut diduga diambil di Pelabuhan Samarinda.
Terlebih, truk yang digunakan untuk memuat sapi tersebut terpasang nomor polisi dengan kode huruf KT, yang artinya berasal dari Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim)
Merespons video tersebut, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Kaltim mengecek langsung proses bongkar muat hewan ternak di Pelabuhan Samarinda pada Kamis, 16 Juni 2022.
Sub Koordinator Kesehatan Masyarakat Veteriner (Kesmavet) DPKH Kaltim, drh Yulis Tanty berkoordinasi dengan otoritas Pelabuhan Samarinda untuk memeriksa proses bongkar muat hewan ternak.
"Kami ingin memastikan apakah video itu benar. Makanya kami ingin melihat langsung cara bongkar muat hewan ternak yang dilakukan," ungkap Yulis Tanty, Kamis (16/6).
Berdasarkan tinjauan Yulis Tanty di lapangan, proses bongkar muat berlangsung menggunakan jembatan yang menghubungkan kapal dan truk. Yulis pun menanyakan kepada penanggung jawab pelabuhan mengenai video viral tersebut.
Disebutkan Yulis, pihak penanggung jawab di Pelabuhan Samarinda menjelaskan bahwa bongkar muat sapi memakai alat bantu seperti crane dilakukan secara kondisional. Padahal cara ini melanggar Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Hewan
"Seharusnya proses bongkar muat ternak itu mengutamakan Undang-Undang kesejahteraan hewan. Jangan sampai hewan itu takut dan terluka. Jadi harus seperti proses pembongkaran saat ini, di mana sapi diturunkan satu persatu menggunakan jembatan penghubung agar hewan tidak stres," bebernya.
Terpisah, Pelaksana Lapangan Pembongkaran Sapi yang tengah bertugas di Pelabuhan Samarinda, Asikin menerangkan, proses bongkar muat sapi dengan cara digantung menggunakan crane sebenarnya sudah dilakukan sejak 2008 lalu.
Menurutnya, pola tersebut dapat menghemat waktu bongkar muat ternak.
"Kasihan juga sapinya, kan sudah panas di kapal itu. Sehingga pakai crane agar prosesnya cepat naik dan cepat juga hewan itu mendapat makanan. Kalau masalah lecet itu tidak ada, karena proses seperti itu sudah dimulai sejak 2008 silam sampai sekarang untuk mempercepat karena kondisi sapi yang sudah kepanasan dan lapar," ungkap Asikin.
"Tapi tidak semua diangkut seperti itu. Kecuali tol laut kan itu memang angkutan untuk hewan, jadi prosesnya lebih mudah," tandasnya.
Dari pantauan KPFM di Pelabuhan Samarinda, sebanyak 680 ekor sapi dari Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) tiba menggunakan KM Artha Mulia, Kamis (16/6).
Proses pemindahannya memakai jembatan sebagaimana diterangkan Sub Kesmavet DPKH Kaltim, drh Yulis Tanty.
Ratusan tersebut rencananya digunakan untuk memenuhi kebutuhan hewan kurban di Kaltim dan akan disuplai ke rumah potong hewan (RPH).
Benua Etam
Terima Silaturahmi Masyarakat Umum, Gubernur Kaltim Berikan Santunan Kepada 1.000 Penerima17 Jun 2022