KPFM SAMARINDA - Pandemi Coronavirus Disease 2019 atau Covid-19 yang menerpa hampir seluruh dunia, mengakibatkan pola pikir masyarakat mengalami perubahan, baik dalam hal positif maupun negatif.
Sisi baiknya, masyarakat mulai menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) dan rajin mencuci tangan dengan sabun setelah beraktivitas. Selain itu, jiwa sosial masyarakat terus bertumbuh demi menghentikan laju penyebaran virus corona.
Namun, adapula hal negatif yang ditimbulkan akibat wabah Covid-19 ini. Salah satunya adalah publik cenderung paranoid. Contohnya, ketika secara tiba-tiba ada orang yang pingsan di pinggir jalan, ataupun saat penemuan mayat.
Sebelum terjadinya wabah ini, jika ada penemuan mayat, maka berbagai unsur, seperti relawan dan pihak rumah sakit berebut untuk melakukan proses evakuasi terhadap jasad yang meninggal secara tiba-tiba.
Namun, karena ketakutan yang berlebihan dari masyarakat, mau tidak mau segala urusan itu dilakukan oleh Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 di masing masing kabupaten/kota.
Salah satu contoh kasus yakni penemuan mayat seorang pria di Perumahan Grand Taman Sari (GTS) Samarinda pada Jumat (24/4/2020) lalu. Proses evakuasi jasad tersebut memakan waktu dua jam, karena tidak ada yang berani mendekat.
"Sebenarnya bukan tugas utama kami (evakuasi jenazah), hanya saja kaitannya sekarang beberapa instansi tidak ada yang berani melakukannya," sebut Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Samarinda, Ifran, Selasa (28/4/2020).
Bahkan, kata Ifran, layanan 119 milik RSUD Abdoel Wahab Sjahranie saja tidak berani turun untuk menjemput. Alhasil, Tim Gugus Tugas yang melakukan proses evakuasi, dengan mengedepankan protokol keselamatan menggunakan alat pelindung diri (APD).
"Kalau anggota saya apapun kejadiannya harus tetap pakai APD. Kami tidak mau ambil resiko," imbuhnya.
Tentu saja, proses evakuasi mayat menggunakan APD mengakibatkan stok milik tim gugus tugas berkurang. Tetapi, Ifran mengaku tidak ada masalah terkait ketersediaan APD, karena pasokan yang tersedia masih ada 13 unit.
"Masih terbilang cukup lah. Kan itu ada yang satu kali pakai, dan yang bisa digunakan berkali kali," ungkapnya.
Ifran menjelaskan, ada beberapa produk APD yang mampu bertahan hingga 10 kali pemakaian dengan cara dicuci ulang dan lebih aman. Hanya saja, baju pelindung tersebut hanya digunakan saat proses evakuasi pasien yang diduga terpapar virus corona.
"Jadi tergantung kondisinya, kalau evakuasi biasa saja pakai APD yang sekali pakai," imbuhnya.
Walau nantinya akan kekurangan APD, lanjut Ifran, hal tersebut bisa dengan cepat ditangani oleh Dinas Kesehatan Kota (DKK) Samarinda yang telah memiliki stok cadangan.
Selain itu, bantuan pemberian APD dari pihak swasta dan seluruh lapisan masyarakat juga terus berdatangan, sehingga hal tersebut sangat membantu tim gugus tugas dalam setiap proses evakuasi.
"Oleh karena itu, siapapun yang mau memberi bantuan akan sangat berguna bagi kami," tutup Ifran.
Penulis: Fajar
Editor: Maul
Benua Etam
Terima Silaturahmi Masyarakat Umum, Gubernur Kaltim Berikan Santunan Kepada 1.000 Penerima28 Apr 2020