968kpfm, Samarinda - Beberapa waktu terakhir, masyarakat Samarinda kesulitan mendapatkan Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi jenis Pertalite. Kalaupun ada, antrean panjang kendaraan baik roda dua maupun empat, bakal mengular di SPBU.
Persoalan ini dikeluhkan masyarakat yang punya mata pencaharian di sektor jasa transportasi. Dengan kondisi itu, pengemudi terkadang harus membeli BBM non subsidi (Pertamax), yang tergolong mahal.
Opsi lain, masyarakat membeli BBM secara eceran dengan perbandingan harga yang juga relatif mahal. Namun, tidak setinggi Pertamax.
Sopir angkutan kota (angkot) bernama Fahmi (57) mengaku sulit memperoleh Pertalite.
"Iya susah sekali. Kadang saya harus antre di waktu yang kosong supaya bisa mendapat BBM. Kalau tidak dapat sama sekali ya terpaksa beli di eceran jika mendadak habis di tengah jalan. Atau terkadang saya beli Pertamax (BBM subsidi), tapi nominalnya tidak banyak seperti membeli Pertalite," sebut Fahmi kepada KPFM, Kamis (14/7).
Pria 57 tahun itu berharap, pemerintah dapat melakukan pengawasan supaya distribusi Pertalite tepat sasaran.
"Pemerintah bisa melakukan pengawasan kepada kendaraan yang bolak-balik mengisi BBM. Lalu jangan sampai mobil mewah bebas mengisi BBM bersubsidi. Tidak hanya pemerintah, seharusnya masyarakat yang mampu harus sadar bahwa BBM bersubsidi diperuntukkan kepada masyarakat yang kurang mampu," tandasnya.
Hal yang sama juga dirasakan oleh pengendara ojek online (ojol), Fathul Karim (26). Pria beranak dua ini mengaku sering mengantre hingga 30 menit untuk mendapat Pertalite di SPBU.
Tak jarang, di tengah antrean, BBM bersubsidi itu habis. Sehingga kendaraannya belum sempat terisi Pertalite.
"Iya cepat sekali habis. Kadang antrean itu didominasi oleh motor dengan tangki besar yang kerap mengecer. Jadi kadang tidak kebagian. Tentu hal ini berpengaruh kepada aktivitas kami, karena kami ini kerja di sektor jasa transportasi," ucap Fathul.
Lebih lanjut, Fathul berharap kepada pemerintah supaya bisa menambah pasokan BBM jenis Pertalite sehingga distribusinya tidak seperti sekarang yang selalu habis dalam waktu singkat.
Dikonfirmasi terkait hal ini, Area Manager Communication & CSR Regional Kalimantan PT Pertamina MOR VI, Susanto Satria menerangkan, faktor cucaca yang buruk menghambat proses distribusi di perairan. Kapal pengangkut BBM belum bisa bersandar di Samarinda.
Meski begitu, ia mengingatkan masyarakat tak perlu khawatir dengan pasokan Pertalite di Kota Tepian. Sebab per hari, pihaknya mendistribusikan 12.500 kilo liter untuk setiap SPBU.
"Kalau dipelajari proses distribusi itu bukan hanya dari terminal BBM, terus naik (mobil) tangki lalu ke SPBU. Tapi ada juga kapal, yang berlayar mengarungi lautan. Untuk bersandar ke Samarinda, terganggu karena faktor cuaca," kata Susanto saat dihubungi lewat saluran telepon, Kamis (14/7).
"Tapi stok itu ada, tidak habis. Selalu disalurkan setiap hari," ucap Susanto menambahkan.
Benua Etam
Terima Silaturahmi Masyarakat Umum, Gubernur Kaltim Berikan Santunan Kepada 1.000 Penerima14 Jul 2022