Main Image
Ekonomi
Ekonomi | 28 Feb 2024

Harga Meroket, Akmal Malik Gaungkan Perbaikan Irigasi Dan Diversifikasi Pangan

968kpfm, Samarinda - Beberapa pekan terakhir harga beras di Benua Etam terus mengalami kenaikan hingga menyentuh angka Rp 18.000/kg. Tidak hanya di Kaltim, ternyata melonjaknya harga beras juga dirasakan oleh masyarakat di berbagai daerah.

Menyikapi hal itu, pemerintah pusat telah menekankan kepada setiap kepala daerah untuk turun ke lapangan menganalisis persoalan ini. Hal itu diungkapkan Pj Gubernur Kaltim, Akmal Malik, saat diwawancara usai Coffe Morning bersama awak media di Rumah Jabatan (Rumjab) Gubernur Kaltim, Selasa (27/2).

"Presiden meminta pemerintah daerah untuk turun ke lapangan melihat persoalan yang terjadi di masyarakat. Bahkan nanti dalam kunjungannya ke Kaltim, Presiden akan bertanya mengenai persoalan pangan di Kaltim," ungkap Akmal.

Akmal menjelaskan, melonjaknya harga beras ditengarai akibat penurunan produksi di tingkat lokal maupun nasional. Di tingkat lokal saja, kata Akmal, 300 ribu ton lebih potensi beras lokal di Kaltim, saat ini baru terpenuhi sekitar 140 ribu ton atau sekitar 43 persen saja.

Sebagai langkah antisipasi, Dirjen Otonomi Daerah (Otda) Kemendagri ini menyatakan bahwa pemerintah harus bisa memperbaiki infrastruktur irigasi di Kaltim agar semua petani mau menanam ketika memasuki musim kering. Langkah selanjutnya dengan melakukan diversifikasi pangan agar masyarakat tidak hanya bergantung dengan beras sebagai makanan utama.

"Kita bersama TNI sudah menyediakan 89 titik pompa air di Kukar. Nanti kita lanjutkan ke PPU dan Paser. Di sisi lain, kita harus bisa mulai beralih menggunakan bahan pokok lain seperti singkong. Diversifikasi pangan ini yang menjadi perhatian kami karena persoalan pangan masih menjadi persoalan utama di Kaltim seiring bertambahnya jumlah penduduk," paparnya.

Lebih lanjut, Akmal menegaskan bahwa pihaknya akan terus melaksanakan orkestrasi yang dijalankan pemerintah pusat, karena kondisi di daerah sedang tidak baik-baik saja mengingat produksi beras dari lokal dan juga tetangga mulai berkurang.

"Memang untuk beras Bulog masih bisa ditemukan di pasaran. Tapi kalau yang kelas premium yang biasanya dari Jawa agak sudah dan harganya sudah menyentuh Rp 18.000/kg. Melihat hal itu, maka tidak ada pilihan lain, kita harus mendorong gerakan diversifikasi pangan sekaligus upaya untuk menghemat," pungkasnya.

Penulis: Fajar
Editor: Maul

Share This Post
More News

Tap anywhere to start radio 96.8KPFM 🎵