Main Image
Kota Tepian
Kota Tepian | 11 Jun 2020

Hasil Visum Belum Keluar, Ibu yang Siksa Bayinya Berindikasi Kena Sindrom Baby Blues

968kpfm, Samarinda - Proses penyidikan terhadap ibu yang tega menganiaya bayinya terus dilakukan oleh jajaran reskrim Polsek Samarinda Kota.

Kanit Reskrim Polsek Samarinda Kota, Iptu Abdilah Dalimunthe menuturkan, saat ini pihaknya tengah menunggu hasil visum terhadap sang bayi. Sementara itu, pelaku yang juga ibu kandung korban sudah menjalani pemeriksaan psikologi oleh Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Kota Samarinda.

"Tadi pagi kami sudah berkoordinasi dengan UPTD PPA Pemkot Samarinda, untuk memeriksa kondisi psikologis pelaku," ucap Dalimunthe, Kamis (11/6/2020).

Berdasarkan hasil pemeriksaan sementara, lanjut Dalimunthe, pelaku melancarkan aksinya secara spontan. Untuk saat ini, kepolisian masih memeriksa pelaku, sembari melakukan pendampingan terhadap kondisi kejiwaannya.

"Lebih detail terkait perbuatannya akan kami bawa ke psikiater juga," imbuhnya.

Perihal dugaan pelaku mengidap sindrom Baby Blues, Dalimunthe belum bisa menyimpulkan hal tersebut. Baby BLues adalah kondisi suasana hati yang cemas, dialami seorang menita selepas melahirkan.

Hingga kini, Kepolisian masih menunggu hasil visum dari tim dokter guna menentukan langkah hukumnya.

"Makanya kami tetap menunggu hasil visum untuk menentukan langkah hukumnya, sembari berkoordinasi dengan UPTD PPA Samarinda," singkatnya.

Terpisah, psikiater yang melakukan pendampingan terhadap pelaku, Ayunda Ramadhani menyebutkan kalau dirinya belum bisa menyampaikan hasil resmi pemeriksaan sang ibu.

"Tetapi ada dugaan mengarah kesana (sindrom baby blues). Kalau psikopat saya rasa terlalu dini untuk menyimpulkan kearah sana, karena usianya masih muda," ungkap Ayunda, Kamis (11/6/2020).

Selain itu, kata Ayunda, pelaku ini baru saja melahirkan sehingga mengalami kelelahan secara emosional dan fisik. Menurut wanita berhijab itu, faktor tersebut menyebabkan pelaku menganiaya anak kandungnya.

"Mungkin saat itu juga marahnya tidak bisa terlampiaskan, sehingga ketika ada si kecil ini akhirnya dia melampiaskannya," beber Ayunda.

Sebagai psikiater, Ayunda menginginkan agar pihak keluarga dan masyarakat tidak menghakimi, serta memberikan statemen negatif kepada pelaku. Ini dilakukan supaya kondisi psikis pelaku tidak semakin memburuk.

"Penting adanya pendampingan psikologis, sambil memulihkan kondisi emosional dan fisiknya. Sangat direkomendasikan juga adanya dukungan dari pihak keluarga ataupun masyarakat agar kondisinya pulih," pungkasnya.

Penulis: Fajar

Editor: Maul

Share This Post
More News

Tap anywhere to start radio 96.8KPFM 🎵