Pendengar KP (Samarinda) - Proses pemantauan ruqyatul hilal di Provinsi Kaltim terpusat di Menara Asmaul Husna, Masjid Baitul Muttaqien, Islamic Center Samarinda, pada Minggu (5/5) petang.
Menara yang menjulang setinggi 99 Meter ini, dijadikan pusat pemantauan ruqyatul hilal karena letaknya tergolong tinggi, dan diperkirakan mampu melihat hilal sebagai tanda awal pergantian bulan.
Dari hasil pemantauan sejak pukul 17.00 Wita, Kepala Stasiun Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Samarinda, Juli Budi Kisworo mengatakan, ada satu kendala saat pemantauan hilal ini. Di ufuk barat terdapat tiga awan yang menghalangi jarak pandang, yaitu awan rendah, menengah dan tinggi.
"Bahkan di antara awan rendah tersebut terdapat kumulonimbus (awan tebal), sehingga lapisan awan ini menghalangi jarak pandang kami untuk melihat hilal," ungkap Juli, Minggu (5/5) petang.
Berdasarkan hitungan hisab, Juli menuturkan, letak hilal berada di kisaran 5 derajat 10 menit dari horizon, itupun kecil sekali dan hampir tidak terlihat, sehingga dirinya hanya bisa berharap semoga hilal bisa terlihat.
"Kita sudah melaporkan hasil ini kepada pemerintah pusat yang menyatakan bahwa pemantauan hilal di Kaltim tidak memungkinkan untuk terlihat karena tertutup oleh awan, tetapi secara hitungan matematis bulan baru sudah ada," tegas Juli.
Di Samarinda, masyarakat telah menunaikan salat tarawih berjamaah setelah pemerintah pusat menetapkan 1 Ramadan melalui sidang isbat yang digelar Kementerian Agama (Kemenag) Republik Indonesia pada pukul 19.10 Wib.
Dokumentasi: KPFM Samarinda/Muhammad Noor Fajar
Penulis: Fajar
Editor: Maul
Benua Etam
Terima Silaturahmi Masyarakat Umum, Gubernur Kaltim Berikan Santunan Kepada 1.000 Penerima05 May 2019