Main Image
Ekonomi
Ekonomi | 18 Mar 2022

Kapolres Samarinda Cek Stok Migor di Pasar Pagi, Berharap Tak Ada Antrean Masyarakat

968kpfm, Samarinda - Sejumlah pedagang sembako sempat menyetop penjualan minyak goreng di pasar lantaran terjadi kelangkaan terhadap olahan kelapa sawit itu.

Seperti yang dirasakan salah satu pedagang sembako eceran di Pasar Pagi Samarinda, Saharudin (45). Setelah sekian lama menunggu akhirnya dia baru bisa berjualan minyak goreng kembali pada Kamis (17/3).

Menurutnya, antrean masyarakat yang mengular membuat dirinya mengurungkan niat untuk membeli minyak goreng di toko.

"Ini baru dapat jatah dari toko satu dus. Saya belinya Rp 300 ribu. Sebelumnya sudah lama kosong karena antrean minyak goreng di toko panjang sekali, saya tidak kuat mengantre," ucap Saharudin, Kamis (17/3).

Dari jatah toko tersebut, Saharudin kembali menjual ke pasaran dengan harga di kisaran Rp 55 ribu sampai Rp 60 ribu. Harga ini bisa berubah tergantung tawar-menawar dari pembeli.

"Selama harganya masih bisa ditolerir ya tidak apa-apa," ujarnya.

Sementara itu, Kapolresta Samarinda, Kombes Pol Ary Fadli terlihat melakukan kunjungan mendadak di kawasan Pasar Pagi pada waktu yang sama.

Ditemui usai meninjau, Ary sapaan akrabnya menuturkan, sebenarnya dari distributor telah menjanjikan dalam beberapa hari ke depan akan tiba stok minyak goreng lagi dari produsen.

"Mungkin dalam beberapa hari ke depan akan didistribusikan ke masyarakat karena saat ini kami bersama pemerintah tengah menyusun pola yang tepat untuk penyalurannya. Sehingga kerumunan masyarakat dapat dihindari," beber Ary, Kamis (17/3).

Disinggung perihal adanya indikasi penimbunan, perwira melati tiga ini ingin  memastikan dulu parameter penimbunan itu seperti apa.

Menurutnya, jika satu toko menyimpan minyak goreng karena stoknya baru datang pekan depan, kemudian mereka mengeluarkan sesuai kebutuhan masyarakat itu tidak bisa dikatakan menimbun.

Oleh sebab itu kepolisian masih melakukan pengamatan terlebih dahulu karena saat ini semua barang bergerak secara sistematis. Apabila lenyap di pasaran, barulah bisa diasumsikan terjadi penimbunan.

"Tapi sampai saat ini ibu-ibu masih bisa memasak. Pedagang gorengan masih ada yang berjualan, warung-warung makan masih buka. Artinya minyak goreng masih ada," tegasnya.

Lebih lanjut, Ary menilai sulitnya masyarakat mendapatkan minyak goreng ditengarai akibat panic buying. Sehingga dia berharap agar masyarakat bisa menyikapi masalah ini dengan tenang dan tidak perlu panik.

"Barang itu (minyak goreng) ada. Hanya saja belilah sesuai kebutuhan. Jangan langsung membeli dalam jumlah banyak karena takut tidak kebagian," tandasnya.

Penulis: Fajar
Editor: Maul

Share This Post
More News

Tap anywhere to start radio 96.8KPFM 🎵