968kpfm, Samarinda - Indonesia mengalami beberapa tantangan besar setelah resmi mengumumkan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945. Tidak hanya dari dalam negeri, berbagai ujian dalam mempertahankan kedaulatan republik ini, juga datang dari luar negeri.
Konfrontasi antara Indonesia dengan Malaysia pada periode 1963-1965, salah satunya. Peristiwa yang dikenal dengan aksi "Ganyang Malaysia" itu mendorong pemuda-pemudi di Indonesia angkat senjata, serta terjun langsung ke perbatasan Kalimantan.
Muhammad Amin Jama (75), yang kini menjabat Ketua Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) Provinsi Kaltim jadi saksi histori itu.
Jama merupakan veteran pembela kemerdekaan yang bertugas di perbatasan Indonesia-Malaysia saat konfrontasi terjadi pada tahun 1965.
Amin bercerita bahwa pada tahun 1965, ia mendapat penugasan dari Komando Daerah Militer (Kodam) IX Mulawarman (kini Kodam VI Mulawarman) untuk terjun ke Tarakan (sekarang daerah Kaltara) guna menghadapi simpatisan Partai Komunis Indonesia (PKI).
Ia menyebut, saat pergi ke daereah utara Kalimantan itu, juga terjadi peperangan di perbatasan Long Bawan, Kecamatan Krayan, Nunukan.
"Jadi kami mendapat perintah untuk menuju ke Long Bawan dan berangkat dari Tarakan," kenang Amin kepada KPFM, Kamis (11/8).
Setelah menyeberang menuju Malinau, Amin beserta tentara lain yang ditugaskan menuju Long Bawan harus menempuh perjalanan darat sejauh kurang lebih 113 kilometer dengan berjalan kaki.
Hampir setiap malam, kata Jama, para prajurit Indonesia beristirahat untuk tidur di tempat antah berantah. Medan yang ekstrem menjadi tantangan sendiri bagi pasukan ini.
"Biasanya dalam sepatu kami itu selalu penuh dengan pacet (hewan penghisap darah) karena medannya hutan belantara dan rawa-rawa," tuturnya.
Setelah berhari-hari melalui kawasan ekstrem, akhirnya Amin beserta personel lainnya tiba di Long Bawan.
Sesampainya di sana, mereka disambut dengan tentara Inggris yang saat itu membantu Malaysia dalam pembentukan negara Federasi Malaysia. Amin pun rela memapah senjata berat demi mengusir Inggris dari Long Bawan.
"Akhirnya kami berhasil mengusir Inggris dari Long Bawan. Setelah beberapa bulan kami mendapat kabar kalau perang sudah usai dan kami kembali ke tempat masing-masing," imbuhnya.
Berkat keberaniannya yang turun langsung ke Medan perang dalam konfrontasi Indonesia-Malaysia, Amin pun masuk dalam jajaran veteran pembela kemerdekaan.
Menurutnya tidak semua orang bisa menjadi veteran meski pangkatnya tinggi, karena hanya mereka yang pernah turun di medan perang saja yang bisa dikategorikan sebagai veteran.
Pada momen Hari Veteran Nasional (Havernas) yang jatuh pada 10 Agustus lalu, Amin berharap pemerintah bisa lebih peduli terhadap kesejahteraan para veteran.
Ia juga berpesan kepada generasi muda agar bisa mencontoh para pendahulunya untuk mempertahankan kedaulatan dan kemerdekaan Indonesia.
"Kalau dulu kami harus mengorbankan nyawa untuk melakukan hal tersebut. Tapi sekarang anak muda bisa membela negara dengan mengharumkan nama Indonesia di kancah dunia," tutupnya.
Benua Etam
Terima Silaturahmi Masyarakat Umum, Gubernur Kaltim Berikan Santunan Kepada 1.000 Penerima12 Aug 2022