Main Image
Cerita Unik
Cerita Unik | 14 Mar 2021

Kisah Petualangan Anak Rantau Yang Bahagia Jadi Badut "Ipin" Di Depan Big Mall

968kpfm, Samarinda - Badut Ipin dengan kepala lebih gede dari tubuhnya berdiri di depan Big Mall Samarinda, Jalan Untung Suropati, Sungai Kunjang. Keberadaan badut kartun yang dikenal dari Malaysia itu memikat perhatian banyak orang yang melintas di kawasan itu.

Gerakan yang dibawa badut tersebut bak menyapa orang-orang yang lewat. Seolah dia ramah kepada siapa saja. Kemudian, sewaktu-waktu ada saja yang menghampirinya.

Orang yang lewat memberinya sepeser rupiah, seraya bersalaman. Terkadang juga, eksistensi badut itu tidak dihiraukan oleh pengguna jalan.

Di balik kostum badut tersebut, ada seorang pemuda berumur 26 tahun. Arif namanya. Di sejumlah daerah, profesi yang digeluti Arif ini disebut pengamen boneka. Tapi di Samarinda, masyarakat kerap memanggilnya badut boneka.

Arif bekerja sebagai "Badut Jalanan" pada awal 2021. Setiap hari, sejak pukul 11.00 WITA, Arif bersama rekannya memulai aksi dengan memberikan lambaian kepada pengguna jalan yang melintas hingga pukul 23.00 WITA.

"Kerjanya bergantian setiap satu jam. Pastinya panas banget kalau pakai kostum begini, tapi saya merasa senang dan tidak capek," kata Arif kepada reporter KPFM saat memulai ceritanya kenapa ingin menjadi boneka badut, Jumat (12/3).

Sebelum menjadi badut boneka, Arif sempat gonta-ganti pekerjaan. Bahkan, dia berpindah dari kota ke kota yang lain di Pulau Kalimantan demi mencari sesuap nasi. Bertubi-tubi juga dia harus merasakan kerasnya bertahan hidup di balik hiruk-pikuk masyarakat perkotaan.

Arif lahir di sebuah daerah di Kalimantan Selatan (Kalsel). Petualangannya bermula saat dirinya gagal menyelesaikan pendidikannya di jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP). Kemudian pada tahun 2008 silam, dia membulatkan tekad untuk pergi ke kota lain guna mencari pengalaman.

Kota pertama di jelajahinya adalah di Palangkaraya, Kalimantan Tengah (Kalteng). Namun dia enggan menceritakan apa saja yang terjadi kepada dirinya selama tinggal di kota yang dijuluki Kota Cantik itu.

"Banyak dukanya saat saya di sana (Palangkaraya). Mungkin karena masih belia dan minim pengalaman, makanya saya tak betah," ucap Arif kepada KPFM, Jumat (12/3).

Tak putus asa, Arif yang dulunya kerap membantu orang tuanya berkebun ini segera melanjutkan perjalanannya menuju Kecamatan Tewah, Kabupaten Gunung Mas, Kalteng. Lantaran tidak bisa beradaptasi dengan suasana di Kalteng, Arif kembali hijrah menuju Kecamatan Batulicin, Kalimantan Selatan (Kalsel).

"Di sana (Batulicin) saya mencoba bertahan hidup dengan mengumpulkan botol bekas," singgungnya.

Kembali merasa tak nyaman dengan pekerjaannya di Batulicin, Arif lanjut berkelana hingga memasuki wilayah Kalimantan Barat (Kalbar). Dirinya tidak mengetahui pasti lokasi tersebut, tetapi dia menyebutkan bahwa tempatnya tinggal berada di dekat perbatasan Indonesia-Malaysia.

Kultur dan budaya yang sangat berbeda membuat Arif semakin tak kerasan. Sampai akhirnya dia melanjutkan petualangan dengan menumpang kendaraan orang yang lewat, dan juga menumpang bus. Berkelana tanpa tujuan tak membuat Arif gentar, sampai bus yang ditumpanginya melintas di Jembatan Mahakam, Samarinda, Kalimantan Timur (Kaltim).

"Setibanya di Samarinda, saya bingung mau ngapain. Setelah berkeliling, saya tiba-tiba ada di terminal (Sungai Kunjang). Kemudian saya menghubungi kerabat keluarga di Kalsel. Lalu menawari saya tempat tinggal," ujar Arif lirih.

Suka Nongkrong di Kafe, Arif jadi Badut Boneka

Arif tinggal di Samarinda sejak 2020 lalu. Dia menumpang di rumah kerabatnya, yang berlokasi Samarinda Utara. Berbulan-bulan pun dilalui Arif tanpa bisa menghasilkan duit, sementara uang tabungan untuk bertahan hidup semakin menipis.

Namun, kebiasaan Arif yang senang nongkrong di kafe, membawa dirinya kepada pekerjaan badut boneka. Singkat cerita, dia ditawari oleh seorang teman menjadi badut “Ipin”.

"Saya baru 2 bulan jadi badut jalanan seperti ini. Awalnya ada teman ngajak, jadi saya terima karena memang sudah jenuh di rumah saja tak bekerja," ucapnya.

Kostum Boneka Menyewa, Hasil Dibagi 50:50

Kisah-Petualangan-Anak-Rantau-yang-Bahagia-jadi-Badut-Ipin-di-Depan-Big-Mall-2-3

Arif mengaku bahwa kostum yang digunakan bersama rekan-rekannya tersebut menyewa dari seseorang. Biayanya pun tergantung pendapatan yang diterima. Jika uang yang didapat sebesar Rp 100 ribu, maka dirinya harus membayar ongkos sewa sebesar Rp 50 ribu. Sedangkan sisanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan pribadi.

"Saya tidak masalah bekerja seperti ini, yang penting perut saya terisi dan bisa merokok," kata Arif sambil tertawa.

Kolega Arif di Samarinda sangat mendukung apa yang dikerjakan Arif. Selama hal tersebut halal dan tidak merugikan orang lain. Namun, Arif enggan memberi tahu pekerjaannya ini kepada orang tuanya di Kalsel, lantaran dirinya tak ingin membuat mereka khawatir.

"Saya takut juga memberi tahu nanti membuat orang tua khawatir dan kecewa. Tetapi saya sering memberi kabar bahwa kondisi saya sehat dan bahagia di Samarinda," terangnya.

Bahagia jadi Badut Jalanan

Lebih dari 2 bulan sudah Arif menjalani hidup sebagai "Boneka Jalanan". Dia mengaku sangat bahagia menjalani peran menggunakan kostum "Ipin" meski sempat mendapat tawaran bekerja di tempat lain.

"Pernah ditawari untuk jaga toko. Tapi saya tolak, karena saya tidak nyaman bekerja dengan orang lain lantaran tidak bisa bebas seperti saat ini," ungkapnya.

Pekerjaan ini, kata Arif, sangat menyenangkan karena membuat orang lain terhibur. Dia bisa melihat senyuman seorang anak dari bali topeng Ipin itu. Dia juga sangat menghayati tingkah laku dan sifat karakter yang diperankannya.

Selama berperan sebagai "Ipin", Arif mengaku tidak pernah mendapat perilaku yang tidak menyenangkan dari orang lain ataupun petugas. Sebaliknya, mereka justru senang dengan kehadiran boneka jalanan karena dapat menghibur anak-anak yang melintas di jalan tersebut.

"Justru banyak yang senang dengan hadirnya kami. Selama kami di sini, kami tak ingin mencari masalah dan hanya mencari nafkah," singgungnya.

Kendati demikian, Arif tak memungkiri pekerjaan badut boneka ini dipandang sebagian orang dengan sebelah mata. Setelah melalui berbagai hal di kota lain, dirinya akan teduh sebagai badut boneka.

"Saya realistis saja, susah mencari pekerjaan jika saya lulusan SD. Jadi saya tetap bersyukur atas rezeki yang sudah diberikan selama ini. Saya tidak pernah berpikir untuk bekerja di tempat lain," tandasnya.

Penulis: Fajar

Editor: Maul

Share This Post
More News

Tap anywhere to start radio 96.8KPFM 🎵