968kpfm, Samarinda - Meski sudah lama menjadi salah satu objek wisata di Kota Tepian, namun belakangan nama Gunung Lonceng atau yang lebih akrab dikenal dengan Gunung RCTI kembali ramai dibahas masyarakat di jagat maya.
Bukan tanpa alasan, kini Gunung Lonceng yang berlokasi di Jalan Dwikora, Kelurahan Mangkupalas, Kecamatan Samarinda Seberang, tampak lebih fotogenik dibandingkan sebeluh dibenahi.
Perubahan yang terjadi tidak lepas dari peran warga sekitar, terutama Sayid Gazali Bahasyim (45) dan Sahyudin (39). Sejak Februari lalu, keduanya berinovasi dengan membuat wahana selfie berbentuk perahu, tangan raksasa, sarang burung raksasa, ayunan, lambang berbentuk hati, dan panah raksasa.
Sayid Gazali Bahasyim atau yang lebih akrab disapa Zali saat ditemui KPFM mengatakan, ide mengembangkan lokasi ini sebenarnya tidak disengaja. Dirinya berniat untuk berkebun di tanah tersebut.
Namun niat kedua sahabat itu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Cuaca yang tak bersahabat membuat beberapa tumbuhan yang mereka tanam justru mati.
"Saya pinjam dari pemilik tanah untuk berkebun dengan teman saya (Sahyudin). Tetapi tumbuhan yang kami tanam tidak bisa berkembang," ungkap Zali, Selasa (9/6/2020).
Frustrasi karena menanggung rugi yang tidak kecil, kedua sahabat ini mencoba menenangkan pikiran di atas bukit tempatnya berkebun. Hamparan panorama "wajah" Samarinda di sisi kiri bukit, serta pemandangan Sungai Mahakam dan Kutai Lama di sebelah kanan membuat keduanya berfikir untuk memanfaatkan keindahan alam ini.
"Disitulah ide ini muncul. Jadi saya bersama Sahyudin berinisiatif untuk membuat wahana selfie, sembari menikmati panorama alam," sebut Zali.
"Awalnya hanya untuk keluarga dan warga sekitar yang ingin bersantai. Saya juga menggunakan uang pribadi untuk membangun," sambungnya.
Tidak disangka, ketika wahana tersebut selesai terbangun, ada warga yang mengunggahnya ke sosial media. Alhasil banyak warga Kota Tepian mengunjungi Gunung Lonceng hanya untuk mengabadikan momen.
Akhirnya Zali dan Sahydin harus memutar otak guna mendapatkan modal operasional, dan melakukan perawatan terhadap destinasi kegemaran pelancong ini. Mereka sepakat, biaya sebesar Rp 5.000 per orang bagi pengunjung yang ingin masuk.
"Ini untuk biaya perawatan dan pemeliharaan. Tiket masuk hanya berlaku untuk pengunjung, sedangkan pedagan dan parkir tidak akan kami pungut biaya," ucap Zali.
Inovasi keduanya ini juga turut membantu perekonomian warga sekitar. Mereka memanfaatkan objek wisata ini guna membuka lapak dagangan dan menjaga parkir. Pemilik tanah pun ikut ketiban untung, sehingga tanah tersebut mulai disewakan.
"Tidak kami pinjam lagi, tapi kami sewa. Tujuan kami pun tercapai dengan membantu ekonomi warga sekitar," imbuhnya.
Kendala yang dialami kedua sahabat itu adalah persoalan izin dari pemerintah. Padahal ratusan bahkan ribuan wisatawan lokal, baik dari Samarinda maupun luar daerah berbondong-bondong mengunjungi Gunung Lonceng.
"Sebagai warga negara yang patuh pada pemerintah, penting bagi kami mengantongi izin atas destinasi wisata ini. Saya tak ingin karya ini malah akan menjadi masalah nantinya," terang Zali.
Selain tidak ingin tersandung masalah, adanya legalitas resmi dalam pengelolaan destinasi wisata tentu akan membantu pemasukan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang dapat menjadi sumbangan pendapatan baru bagi daerah.
"Saya sangat berterima kasih pada semua pihak yang sudah mendukung. Semoga segala prosesnya bisa selesai, dan lokasi ini bisa dibuka kembali," tutupnya.
Foto: Sayid Gazali Bahasyim saat menunjukkan wahana swafoto yang dia bangun. Dokumentasi: KPFM Samarinda.
----------
Startup adalah salah satu rubrik dalam konten Gejolak Kawula Muda. Stratup berisi cerita pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Provinsi Kaltim, khususnya Samarinda dalam menggeluti dunia bisnis.