Main Image
Kota Tepian
Ekonomi Kreatif | 14 May 2020

Jual Amparan Tatak yang Melegenda, Maskota Punya Resep Turun-temurun

968kpfm, Samarinda - Siapa yang tidak kenal dengan kue talam. Hidangan khas Indonesia tersebut akrab dijumpai oleh masyarakat saat bulan suci Ramadan.

Kue talam merupakan camilan populer bagi masyarakat sebagai hidangan untuk berbuka puasa. Jenisnya bermacam-macam seperti Amparan tatak, Sari Pengantin, Sari Muka Ketan, Kue Lapis, Bingka dan masih banyak lagi.

KPFM berkesempatan menemui salah satu pedagang kue talam di Kota Tepian yang menjajakan dagangannya di Jalan Bung Tomo. Tepatnya di pertigaan Daeng Mangkona, Samarinda Seberang.

Sang pemilik dagangan, Khairunnisa, terbilang sudah makan asam garam dalam dunia tersebut. Dengan membawa brand "Maskota", perempuan yang akrab disapa Icha ini ingin meneruskan perjuangan sang ibu, Maskota Muradiah dan neneknya Hj Hatim.

"Sudah sekitar 40 tahun (1980) kami berjualan berbagai jenis kue, baik di rumah atau pasar Ramadan. Bahkan, banyak juga warga Samarinda yang menjadi pelanggan tetap, mulai dari instansi pemerintahan dan swasta," ucap Icha.

Icha menjelaskan, kue talam buatannya memang tergolong khas dan memiliki cita rasanya sendiri. Salah satu kue andalannya yakni amparan tatak. Kue khas Kalimantan Selatan (Kalsel) itu menjadi kuliner yang ramai diburu hingga saat ini.

"Resep yang digunakan merupakan warisan turun-temurun dari ibu dan nenek saya. Tetapi dari semua hidangan yang dijual, amparan tatak pisang dan sari muka ketan menjadi jajanan primadona," sebut wanita berusia 25 tahun itu.

Untuk harganya sendiri, ujar Icha, dirinya menjual kue talam dan lapis susu dengan nominal Rp 280.000-350.000 per loyang. Namun, jika dijual per potong, dirinya mematok harga Rp 25.000-30.000 per potong.

"Memang agak sedikit mahal, karena dari bahannya juga berbeda. Namun untuk rasa serta kualitas yang dihadirkan pasti sepadan dengan kocek yang dikeluarkan," terangnya.

Meski dagangan miliknya selalu ludes terjual, namun adanya wabah virus korona sedikit mempengaruhi omzet penjualannya. Biasanya, pesanan ke instansi pemerintah selalu diterima sebagai menu berbuka ataupun berbagi menjelang buka puasa.

"Sekarang agak menurun karena pandemi Covid-19. Kalau ada sisa dari penjualan, kami akan bagikan pada tetangga, masjid, pemungut sampah, penyapu jalan atau karyawan yang bekerja disini," pungkasnya.

 

Foto: Kue talam "Maskota" yang dijajakan Khairunnisa sebagai hidangan untuk berbuka puasa. Dokumentasi: KPFM Samarinda.

Penulis: Fajar
Editor: Maul

Share This Post
More Article