968kpfm, Samarinda - Pada tahun ajaran 2020/2021, sekolah yang berada di daerah rawan penyebaran Covid-19 harus melaksanakan kegiatan belajar mengajar secara daring.
Aktivitas itu terlaksana sejak 13 Juli 2020 lalu. Namun, masih banyak kendala yang dihadapi guru maupun wali murid dalam penerapan sekolah jarak jauh ini.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Samarinda, Asli Nuryadin mengungkapkan ada beberapa hambatan yang terjadi saat proses belajar mengajar online.
"Pertama, beberapa guru belum familier dengan teknologi informasi. Kemudian, dari sisi orangtua tidak mensuport dengan belajar dalam jaringan. Smartphone terbatas atau tidak memiliki. Kalau ada, tapi tidak punya paket data," terang Asli saat dihubungi lewat saluran telepon.
Asli pun menawarkan solusi bagi orangtua murid yang tak punya fasilitas. Menurut Asli, siswa yang tidak memiliki telepon pintar dapat menumpang ke rumah teman sekolah atau keluarganya.
"Solusi berikutnya kalau tidak ada perangkat, maka buatlah kelompok kecil berisi 5 sampai 10 orang. Kumpul di suatu tempat, nanti gurunya yang datang," sebutnya.
Asli menuturkan program ini bernama Guru Kunjung. Dia menambahkan, dana operasional bagi guru yang menjalankan program ini bisa memakai BOSNAS (Bantuan Operasional Sekolah Nasional).
Namun, jika tidak ada lagi tempat untuk belajar bagi para siswa, pilihan terakhir adalah mempraktikkan sekolah alam.
"Kalau tidak ada tempat lagi, bisa melakukan (kegiatan belajar mengajar) di alam terbuka seperti di sekolah alam. Belajar sebenarnya lebih bagus secara kontekstual, tidak melulu harus di kelas. Itu harus diketahui orangtua," tegas Asli.
Di sisi lain, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Samarinda, Asli Nuryadin meminta guru agar jangan terlalu banyak memberi siswa tugas. Dia ingin kegiatan belajar mengajar yang terselenggara selama pagebluk Covid-19 mampu memberi suasana menyenangkan, bukan menjadi beban.
"Saya selalu mengingatkan kepada kawan-kawan kepala sekolah dan guru supaya jangan mengartikan belajar jarak jauh itu seperti memindahkan belajar klasik ke alam maya. Jadi pertemuannya itu jangan lama-lama," tandasnya.
Kendala mengenai pembelajaran secara daring ini juga mendapat atensi dari Wali Kota Samarinda Syaharie Jaang.
Dalam keterangan tertulis yang disampaikannya lewat laman resmi Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) Pemkot Samarinda, orang nomor satu di Kota Tepian itu menyebutkan bahwa dirinya banyak menerima keluhan yang dihadapi warga, selama melaksanakan pembelajaran jarak jauh.
"Kendala yang berkembang di masyarakat itu berupa alat komunikasi atau hp itu hanya dimiliki oleh si ibu atau bapaknya saja. Ssedangkan anaknya tiga. Ada juga kendala seperti ada hp tapi bukan android atau rusak, ada lagi yang punya hp tetapi kuota terbatas, anak-anak jenuh belajar di rumah dan yang terakhir ini apakah hanya guyonan ternyata para orang tua mengatakan tidak gampang untuk mendidik anaknya di rumah. Ini juga menjadi persoalan, tetapi bagaimanapun kondisi yang kita hadapi kita harus tetap menyelamatkan generasi muda kita," ujarnya.
Foto: Ilustrasi
Penulis: Maul