968kpfm, Samarinda - Wajah dunia pendidikan di Kota Tepian baru-baru ini menjadi sorotan. Seorang murid Sekolah Dasar (SD) berinisial MF (10) dirundung kesedihan setelah diusir oleh wali kelasnya lantaran sudah hampir satu tahun lamanya tidak mengikuti kegiatan belajar mengajar (KBM) secara daring.
Bukan tanpa alasan, absennya MF ditengarai akibat ketidaktahuannya mengenai proses KBM secara daring. Terlebih murid kelas 4 SD ini hanya berasal dari keluarga yang pas-pasan, di mana ia diasuh oleh tantenya karena ibunya telah meninggal dunia. Sementara ayahnya tersandung kasus hukum dan sakit-sakitan.
Kondisi inilah yang menyebabkan MF harus tinggal bersama tantenya bersama 6 anak lainnya. Di keluarga tersebut hanya memiliki satu handphone, di mana gawai tersebut sudah tidak layak untuk digunakan karena sudah rusak.
Alhasil bocah 10 tahun ini harus melewatkan satu tahun masa pembelajaran akibat kondisi tersebut. Tante dari MF, Siti Munawaroh menuturkan, sebenarnya kondisi ini sudah ia beritahukan kepada pihak sekolah sejak MF duduk di kelas 2 SD. Situasi ini pun dimaklumi oleh guru-gurunya sampai akhirnya proses pembelajaran dilakukan secara daring imbas pandemi Covid-19.
Di sinilah masalah itu bermula. Menurut Siti, setelah MF naik kelas dirinya pernah menanyakan kepada salah satu guru dari kelas lain untuk menanyakan informasi pembelajaran kepada wali kelas MF.
Setelah mendapat nomor handphone wali kelas itu, Siti mencoba menghubungi lewat pesan singkat untuk menanyakan proses pembelajaran MF.
"Namun saya tak kunjung mendapat jawaban. Saya sempat tanya kembali dengan salah satu guru, tapi jawabannya kurang memuaskan dan saya disuruh menunggu informasi selanjutnya," kata Siti.
"Setelah itu saya menunggu namun tidak mendapat jawaban juga. Karena sibuk mengurusi anak lain membuat saya tidak bisa fokus kepada pendidikan MF semata. Mungkin salah saya juga, saya akui itu karena tidak mencari informasi ke sekolah," sambungnya.
Berbulan-bulan lamanya tak mengenyam pendidikan, MF melihat rekan-rekan sebayanya mulai turun sekolah. Hatinya pun tergerak untuk sekolah lagi namun tidak mempunyai seragam.
Kemudian ada salah seorang dermawan dari Relawan Makan Gratis (RMG), Muhammad Kadir Jailani, yang mau membelikannya baju sekolah agar bisa mengenyam pendidikan lagi.
Akhirnya MF bisa bersekolah lagi di SDN 002 Samarinda Seberang. Namun bukannya sambutan hangat yang ia dapatkan.
MF justru disuruh pulang oleh wali kelasnya untuk memanggil orang tuanya. Hal ini terjadi karena gadis itu sudah satu tahun absen sehingga diminta oleh guru untuk pulang.
"Saya dapat info dari keluarga MF bahwa dia menangis. Katanya dia diusir dari kelas. Jadi saya antar kembali MF ke sekolah untuk membicarakan hal ini kepada wali kelas. Katanya MF masih bisa lanjut, tapi tidak bisa naik kelas karena saat itu sedang ujian," ungkap Muhammad Kadir Jailani.
Pria yang akrab disapa Memet itu pun kembali pulang sementara MF kembali ke ruang kelasnya. Namun saat pulang, MF justru mendapat perundungan dari murid lain. Karena tidak terima, akhirnya Memet meminta bantuan dari Tim Reaksi Cepat Perlindungan Perempuan dan Anak (TRC-PPA) Kaltim untuk membantu mediasi dengan pihak sekolah.
Mediasi pun terjadi antara TRC PPA Kaltim, wali murid MF dan Kepala Sekolah SDN 002 Samarinda, Sarban. Dia mengatakan bahwa baru mendengar kejadian tersebut saat itu juga.
"Saya belum ada menerima laporan dari guru yang bersangkutan. namun akan kami lakukan pemanggilan terhadap oknum guru tersebut. Namun saya pastikan agar anak ini bisa menempuh pendidikan di sini hingga selesai," ujarnya.
Di sisi lain, Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Kota Samarinda, Asli Nuryadin, mengaku telah memanggil guru yang bersangkutan bersama Kepala Sekolah SDN 002 Samarinda Seberang untuk mencari solusi permasalahan ini.
"Ternyata permasalahan ini sudah selesai di sekolah. Kita bisa ambil hikmahnya dari kejadian ini. Seharusnya jika ingin ada kenangan baik dari murid, pihak sekolah bisa membantu menyediakan fasilitas penunjang," tutur Asli.
Lebih lanjut, Asli berharap agar MF bisa melanjutkan sekolahnya di SDN 002 Samarinda Seberang. Dirinya pun siap untuk membantu agar pendidikan bocah tersebut tidak terbengkalai.
Ilustrasi. (Dery Ridwansah/JawaPos.com)