Main Image
Cerita Unik
Cerita Unik | 22 Apr 2022

Mengenal Bubur Peca, Menu Khas Buka Puasa di Masjid Shiratal Mustaqiem

968kpfm, Samarinda - Warnanya kuning sama seperti hidangan nasi kuning. Teksturnya pun lembek layaknya bubur. Masyarakat Samarinda Seberang mengenalnya dengan nama Bubur Peca. Hidangan ini dapat dirasakan oleh publik Kota Tepian jika berbuka puasa di Masjid Shiratal Mustaqiem yang terletak di Jalan Pangeran Bendahara, Kelurahan Mesjid, Kecamatan Samarinda Seberang.

Bubur Peca memang merupakan menu khas yang sudah turun-menurun dihidangkan di masjid tertua Kota Tepian ini. Tidak jarang ada saja masyarakat dari kawasan perkotaan atau luar kota yang penasaran ingin menyantap hidangan satu ini. Namun dua tahun belakangan, hidangan ini absen dari Masjid Shiratal Mustaqiem imbas pandemi Covid-19.

Tetapi pada tahun ini, menu tersebut bisa kembali dirasakan oleh lidah masyarakat. Lantaran pengurus Masjid Shiratal Mustaqiem kembali bisa menyelenggarakan buka puasa bersama setelah menurunnya kasus penyebaran Covid-19. Hal itu tidak disia-siakan masyarakat dari penjuru Kota Tepian untuk merasakan hidangan yang diolah dari beras ini.

Takmir Masjid Shiratal Mustaqiem, Supian mengatakan, setelah dua tahun akhirnya pihaknya bisa kembali menyelenggarakan buka puasa dengan menu Bubur Peca kepada masyarakat. Tentu saja hal ini sangat disambut antusias oleh masyarakat yang sudah lama tidak menyantap hidangan ini.

"Bubur Peca itu memang khas di sini sejak dulu. Selama bulan Ramadhan ini, kami selalu menyediakan sebanyak 300 porsi dan itu selalu habis," ucap Supian saat ditemui KPFM di Masjid Shiratal Mustaqiem, Kamis (21/4).

Pada kesempatan yang sama, KPFM juga berkesempatan menemui Mardiana (57) yang sudah 18 tahun menyiapkan hidangan Bubur Peca ini kepada masyarakat. Dia menjelaskan bahwa Bubur Peca memiliki tekstur lembut, namun tidak basah dan tidak juga kering sesuai namanya "Peca" yang artinya lembek atau lembut.

Perempuan yang akrab disapa Alus ini menuturkan, setiap harinya dia menggunakan 25 Kg beras untuk memasak lebih dari 300 porsi Bubur Peca. Menggunakan resep turun-temurun dari orang tuanya dan nenek moyang terdahulu, dia bersama ibu-ibu lainnya mulai menyiapkan santapan Bubur Peca sejak pukul 13.00 WITA.

"Kalau dulu sebelum wabah Covid-19, kami bisa menggunakan 40 Kg beras. Tapi karena ini baru mulai lagi, jadi kami tidak banyak menyiapkannya," tutur Mardiana.

"Butuh waktu dua jam agar hidangan ini matang. Untuk bumbunya biasa kami menggunakan rempah khusus. Bubur Peca biasanya disediakan bersama lauk seperti ayam suwir, ikan, udang dan telur. Semua itu tergantung sumbangan dari pengurus masjid dan masyarakat sekitar," tambahnya.

Mardiana mengaku senang dirinya bisa kembali menghidangkan Bubur Peca setelah dua tahun lamanya absen karena wabah Covid-19. Dia pun berharap agar pandemi segera usai dan aktivitas masyarakat bisa berjalan seperti biasa serta ibadah di bulan Ramadhan bisa ramai seperti sebelum munculnya wabah Covid-19.

Penulis: Fajar
Editor: Maul

Share This Post
More News

Tap anywhere to start radio 96.8KPFM 🎵