968kpfm, Samarinda - Satu tahun sudah kehidupan masyarakat Indonesia harus dibatasi, lantaran munculnya wabah Coronavirus Disease 2019 atau Covid-19.
Akibat wabah ini, masyarakat harus beradaptasi dengan kebiasaan baru, yakni menerapkan protokol kesehatan. Tujuannya, agar tidak terpapar virus yang muncul pertama kali di Wuhan, Tiongkok itu.
Salah satu kebiasaan baru adalah meniadakan pertemuan fisik. Menggantinya dengan pertemuan jarak jauh dengan bantuan teknologi internet.
Hal ini dirasakan dunia pendidikan, yang tak memperbolehkan pertemuan tatap muka. Sebagai upaya meminimalisir penyebaran virus corona. Sayangnya tidak semua masyarakat Indonesia, khususnya Samarinda bisa menikmati jaringan internet yang layak.
Contohnya, apa yang dirasakan SMPN 42 Samarinda yang berada di kawasan Berambai, Kelurahan Sempaja Utara, Kecamatan Samarinda Utara.
Rela Belajar di Puncak Borneo demi Mencari Sinyal
Kepala Sekolah SMPN 42 Samarinda, Mohammad Rizal menuturkan, selama satu tahun ditiadakannya pembelajaran tatap muka (PTM), pihaknya menerapkan 3 pola agar siswa-siswi dapat menerima materi pelajaran.
Pola pertama, pihak sekolah mengirimkan tugas kepada murid via aplikasi pesan instan, WhatsApp. Karena terkendala jaringan internet yang lelet, para siswa harus rela menyambangi Puncak Borneo, yang juga berlokasi di Dusun Berambai.
Puncak Borneo atau biasa disebut Puncak Samarinda adalah destinasi wisata Kota Tepian, yang ketinggiannya kira-kira mencapai 260 meter di atas permukaan laut.
"Mereka harus menaiki Puncak Borneo agar bisa mendapatkan jaringan internet," kata Rizal kepada wartawan KPFM.
Cara kedua, sambung Rizal, pihaknya meminta orang tua atau anaknya untuk mengambil tugas di sekolah. Setelah dikerjakan, barulah mereka mengantar tugas tersebut kembali ke sekolah kepada guru.
"Jika kediaman mereka jauh, maka para guru yang nanti akan mengantarkan tugas tersebut ke kediaman murid. Itulah pola yang kami terapkan selama satu tahun belakang," ucap Rizal.
Siswa Mulai Jenuh
Tidak hanya SMPN 42 Samarinda saja yang menerapkan hal tersebut, SDN 022 Berambai turut melakukan hal serupa. Menurut salah satu guru SDN 022 Berambai, Bambang, siswanya jenuh akibat diberi banyak tugas.
"Tidak hanya anak, orang tua pun menjadi depresi. Saya kerap menerima keluhan dari orang tua siswa, bahkan mereka meminta agar sekolah menerapkan PTM," ungkap Bambang.
Guru yang mengajar mata pelajaran penjaskes ini menyampaikan, bukan tanpa alasan para orang tua siswa memaksa sekolah menerapkan PTM. Menurut dia, latar belakang pendidikan orang tua siswa di Berambai rata-rata hanya sampai jenjang SD dan SMP. Terlebih mereka kerap disibukkan dengan aktivitas bercocok tanam.
"Otomatis mereka tidak bisa mengawasi anaknya belajar dari rumah. Mereka juga tidak mengerti materi pelajaran yang diterima anaknya. Faktor inilah yang membuat orang tua mendorong agar sekolah melaksanakan PTM," tuturnya.
Munculnya Harapan Melalui Program Sekolah Tangguh
Penantian panjang para guru dan orang tua siswa di Berambai akhirnya terbayarkan setelah Pemkot Samarinda mencanangkan program sekolah tangguh. Sesuai rencana, ada 14 sekolah yang akan melakukan uji coba PTM dalam program sekolah tangguh. SMPN 42 Samarinda dan SDN 022 Berambai masuk dalam daftarnya.
Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Samarinda, Asli Nuryadin mengatakan, program sekolah tangguh ini akan berjalan dalam 3 tahap. Tahap pertama, ada 4 sekolah yang akan melakukan uji coba PTM yakni SMP Nabil Husein, SD dan SMP Islamic Center, serta SMPN 42 Samarinda.
"Program ini akan berjalan selama 3 bulan. Nanti tahap kedua ada 5 sekolah yang melakukan PTM, kemudian disusul 5 sekolah lagi untuk tahap ketiga," terangnya.
Ratusan Guru Samarinda Divaksin Persiapan PTM
Sebagai syarat agar program sekolah tangguh dapat berjalan, Pemkot Samarinda melakukan vaksinasi massal terhadap 323 tenaga pendidik di 14 sekolah yang akan menjadi pilot project pada Kamis (4/3/2021) di Aula SMPN 4 Samarinda, Jalan Juanda.
Wakil Wali Kota Samarinda, Rusmadi pelaksanaan PTM dalam program sekolah tangguh telah melewati pertimbangan yang hati-hati. Pemkot Samarinda telah berkoordinasi dengan Satgas Penanganan Covid-19.
"Alasan kami melakukan PTM karena pendidikan itu bukan hanya sekedar transfer pengetahuan. Kalau melalui daring saya yakinkan nilai-nilai perubahan perilaku, pembentukan sikap dan karakter itu jauh dari yang kita harapkan," tandasnya.
Kini, 4 sekolah tangguh di Samarinda telah beroperasi sejak Senin, 8 Maret 2021. Banyak pihak berharap, kembalinya sekolah tatap muka dapat menguatkan gairah pendidikan Kota Tepian di masa pandemi Covid-19.
Penulis: Fajar
Editor: Maul
Benua Etam
Terima Silaturahmi Masyarakat Umum, Gubernur Kaltim Berikan Santunan Kepada 1.000 Penerima08 Mar 2021