968kpfm, Samarinda - Seorang wanita 80 tahun berinisial JA meninggal dunia di halaman Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD AW Sjahranie tepat pada Senin (26/7) sekitar pukul 03.00 WITA.
Pasien tersebut terlambat menerima perawatan akibat mobil ambulans yang ditumpangi tak dibolehkan masuk ruang IGD.
Berdasarkan keterangan sang anak, Yuda Herlin Pratama (23), ibunya diketahui sudah sekitar 2 Minggu mengalami sakit. Namun, tepat pada Senin (26/7) orang tuanya itu mengeluhkan sesak dan sakit pada pernafasan.
"Mengetahui kondisi tersebut, saya berusaha menghubungi Rumah sakit di Samarinda namun semua penuh. Hingga akhirnya dibantu oleh Relawan dan dibawa ke RSUD AW Sjahranie untuk mendapat penanganan," ucap Yuda.
Setibanya pasien di pintu gerbang RSUD AW Sjahranie menggunakan mobil ambulans Relawan At-Taufiq, mereka tidak diperkenankan masuk oleh pihak keamanan.
Salah satu relawan, Imran mengatakan, sebelumnya dia telah menghubungi pimpinan rumah sakit dan telah mendapat izin untuk masuk.
"Tapi kami ditahan di depan gerbang dengan alasan harus mendapat izin dari atasan dulu. Kalau diizinkan baru rumah sakit akan menerima," ujarnya.
Sempat terjadi ketegangan antara pihak rumah sakit dan keluarga. Namun tidak lama berselang, Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kaltim, Gede Yusa, tiba di rumah sakit plat merah tersebut untuk meredam situasi.
"Ya memang sempat tertahan sementara karena memang ada prosedur yang harus dipenuhi," kata Gede.
Setelah 20 menit tertahan, pasien diperkenankan masuk hingga halaman IGD RSUD AW Sjahranie. Namun masalah kembali terjadi ketika pintu ruang IGD dikunci dengan borgol.
Alasan petugas keamanan bahwa IGD tidak dapat menerima pasien akibat keterbatasan nakes dan ketiadaan oksigen.
Akibat terlambat mendapat penanganan medis, akhirnya JA harus menghembuskan nafas terakhirnya tepat di dalam mobil ambulans yang terparkir di halaman IGD.
Saat dikonfirmasi awak media, Kepala Instalasi Humas dan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) RSUD AW Sjahranie, dr.Arysia Andhina membenarkan kejadian ini.
Dia menjelaskan, pihaknya tidak ada berniat menolak pasien. Akan tetapi tenaga kesehatan (nakes) tidak mampu lagi menangani semua pasien yang sudah datang.
"Ditambah lagi sampai saat ini sudah 250 lebih nakes (tenaga kesehatan) kami yang sedang menjalani isolasi mandiri," sebutnya.
Lebih lanjut, wanita yang akrab disapa Sisi ini berharap ada penambahan fasilitas kesehatan untuk mengatasi masalah kelebihan pasien. Namun hal tersebut harus selaras dengan penambahan sumber daya manusia (SDM).
"Ini merupakan wewenang pemda. Untuk nakes memang sulit dicari saat ini, sehingga memerlukan waktu untuk segera merealisasikannya," pungkas Sisi.
Penulis: Fajar
Editor: Maul
Benua Etam
Terima Silaturahmi Masyarakat Umum, Gubernur Kaltim Berikan Santunan Kepada 1.000 Penerima27 Jul 2021