Samarinda - Operasi Cipta Kondisi yang digelar oleh Satpol PP pada Jum'at (9/8/2019) yang menyasar beberapa lokasi tempat hiburan malam (THM), rumah bilyar, serta cafe tenda di Samarinda berujung bentrok dengan sejumlah pemuda.
Bentrokan ini terjadi saat petugas Satpol PP selesai merazia pengunjung serta menutup sementara operasional salah satu rumah bilyar yang berlokasi di Jalan Wahid Hasyim I, Samarinda.
Awalnya, petugas Satpol PP hanya mau memeriksa identitas dari 8 orang pemuda di lokasi warung kopi yang berada disamping salah satu rumah bilyar tersebut. Setelah melakukan pemeriksaan, petugas Satpol PP mendapati salah satu pemuda yang identitasnya sudah tidak berlaku lagi.
Sempat terjadi adu argumen karena pemuda tersebut menolak untuk dibawa ke Kantor Satpol PP akibat identitas yang dimilikinya sudah tidak berlaku lagi. Namun, karena ada provokasi yang dilakukan baik dari petugas maupun para pemuda tersebut, akhirnya bentrokan tidak dapat terhindarkan lagi.
Kepala Bidang Ketentraman dan Ketertiban Umum (Kabid Tantribum) Satpol PP Samarinda, Yosua Laden menuturkan, ada sedikit kesalah pahaman dengan warga karena ketika pihaknya hendak memeriksa identitas, yang bersangkutan menolak untuk diperiksa.
"Sempat terjadi cekcok, ketika sudah ditenangkan dan anggota Satpol PP sudah hendak kembali ke kantor, masih sempat terdengar ada bahasa yang tidak enak," ucap Yosua, Sabtu (10/9) dinihari.
Mendengar hal itu, ada beberapa anggota Satpol PP yang terpancing dan terjadilah keributan yang tidak terhindarkan. Keributan ini sempat membuat arus lalu lintas disekitar terganggu, hingga akhirnya petugas mengamankan tiga pemuda tersebut untuk dibawa ke Kantor Satpol PP Samarinda.
Setelah mencoba berdiskusi antara kedua pihak, akhirnya tiga orang pemuda tersebut berencana untuk melaporkan kejadian ini ke Polresta Samarinda.
"Jika mereka melapor kita akan ikuti proses hukumnya," imbuh Yosua.
Terpisah, salah satu pemuda yang menjadi korban pemukulan Satpol PP, Silvester Hengky mengatakan, dirinya mengalami luka di bagian pelipis serta pipi. Hengky mengaku bahwa dirinya bingung dengan kejadian yang menimpa dirinya beserta kawan-kawannya.
"Sebagai warga negara yang baik, kami menunjukkan identitas kepada petugas, tetapi tiba-tiba saja petugas langsung berteriak dan memukul kami," ujar Hengky, Sabtu (10/9) dinihari, usai melakukan visum.
Saat ini, Hengky bersama rekan-rekannya telah melaporkan kasus ini kepada Polresta Samarinda untuk penyelidikan lebih lanjut.
"Kami harap oknum-oknum yang melakukan tindakan kekerasan ini bisa ditindak secara hukum," tutup Hengky.
Dokumentasi : KPFM Samarinda / Muhammad Noor Fajar.
Penulis : Fajar
Editor : Agung
Benua Etam
Terima Silaturahmi Masyarakat Umum, Gubernur Kaltim Berikan Santunan Kepada 1.000 Penerima10 Aug 2019