Main Image
Aksara
Aksara | 09 Apr 2020

Pembatasan Orang Masuk, Pengusaha Istirahatkan Kapal

KPFM SAMARINDA - Kapal Motor (KM) Prince Soya menjadi kapal terakhir yang tiba di Samarinda pada Kamis (9/4/2020). Kapal jenis ro-ro tersebut tidak lagi mengangkut penumpang.

Sebelumnya, Pemkot Samarinda telah melayangkan surat kepada Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas II Samarinda bernomor: 558.1/0445/100.5 tertanggal 3 April 2020 tentang permohonan penghentian aktivitas kapal penumpang yang ditandatangani Wali Kota Samarinda, Syaharie Jaang.

Pemilik KM Prince Soya, Saraping Beddu menjelaskan, selepas penurunan beberapa bahan sembako, pihaknya akan menghentikan operasional sementara dan memarkirkan kapal di galangan miliknya.

"Selepas bongkar muat, saya bawa kapal ke galangan untuk diistirahatkan. Kami belum tau juga sampai kapan, jadi tetap menunggu situasi saja," ucap Sarapping, Kamis (9/4/2020) siang.

Sarapping menerangkan, dirinya sebenarnya ingin tetap beroperasi membawa bahan pangan meskipun merugi. Hanya saja, banyak pihak yang ikut campur dalam masalah ini dan mengancam untuk melakukan demonstrasi.

"Sudah saya merugi, malah diancam akan didemo. Lebih baik saya istirahatkan saja kapalnya," sebutnya.

Akibat kebijakan dari Pemkot Samarinda, ujar Sarapping, pihaknya mengalami kerugian yang sangat tinggi. Pria asal Sulawesi Selatan ini menyebutkan, penghasilan didapat pada hari ini, berkisar di angka Rp 40 juta. Sedangkan untuk bahan bakarnya saja Rp 180 juta untuk pulang pergi.

Sekedar informasi, dalam sekali pelayaran, kapal miliknya bisa mengangkut beras minimal 200 ton. Jadi, jika dijumlahkan dari kapal yang selalu bersandar di Pelabuhan Samarinda, rata-rata beras yang masuk bisa mencapai 350.000 ton per minggu.

"Belum termasuk sembako lainnya, seperti kol, bawang, kentang dan lainnya. Itu paling minim, jika kami tidak mengirim dari Sulawesi jadi tak tau apa masih bisa makan," kata Sarapping.

"Saya mau kerja asalkan tidak ada intervensi dari pihak lain. Bahkan ada yang bilang meskipun tidak ada beras dari Sulawesi, mereka masih mampu memenuhi kebutuhan beras selama 4 bulan," tambahnya.

Dikonfirmasi terpisah, Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas II A Samarinda, Dwi Yanto menyampaikan, masyarakat bisa melihat sendiri, sudah tidak ada aktivitas pengangkutan penumpang lagi di Pelabuhan Samarinda.

"Masyarakat bisa lihat sendiri untuk membuktikan, kapal tidak lagi mengangkut penumpang," papar Dwi, Kamis (9/4/2020) siang.

Tentunya kebijakan dari Pemkot Samarinda ini mengakibatkan para pemilik kapal tidak ada yang mau bersandar ke pelabuhan. Bahkan, tidak ada yang mau menggantikan untuk mengangkut bahan sembako menuju kota Tepian.

"Ada beberapa kendala seperti permasalahan draft karena masuk alur sungai, dan ketinggian kapal. Jadi susah kapal masuk sini sebenarnya, hanya kapal yang sudah tersedia yang mampu bersandar di Pelabuhan Samarinda," imbuhnya.

Oleh karena itu, lanjut Dwi, pihaknya meminta Pemkot Samarinda agar memperhitungkan dulu sebelum mengambil keputusan seperti ini.

"Kita ini, kan wilayah sungai, bukan laut lepas," pungkasnya.

Penulis: Fajar

Editor: Maul

Share This Post
More News

Tap anywhere to start radio 96.8KPFM 🎵