968kpfm, Samarinda - Publik Kota Tepian dikejutkan dengan penemuan bangkai Pesut Mahakam di sekitar perairan Sungai Mahakam, tepatnya di depan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Jalan Slamet Riyadi pada Jumat (21/6).
Temuan ini pun segera direspon oleh Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) Kaltim yang langsung turun bersama peneliti dari Yayasan Konservasi Rare Aquatic Species of Indonesia (RASI) untuk melakukan evakuasi terhadap pesut jantan berukuran dewasa itu.
Masyarakat yang kebetulan melintas pun tampak memadati area Tepian Mahakam untuk melihat proses evakuasi yang dilakukan oleh BKSDA Kaltim. Bahkan petugas harus membuat sekat agar masyarakat tidak mendekati hewan terancam punah itu untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
Kepala Seksi Konservaksi Wilayah II BKSDA Kaltim, Suryawati Halim, yang ditemui di lokasi kejadian menuturkan, rencananya bangkai pesut ini akan dibawa ke Fakultas Perikanan Universitas Mulawarman (Unmul) untuk disimpan terlebih dahulu. Kemudian pihaknya akan melakukan nekropsi (proses bedah bangkai hewan) untuk mencari tahu penyebab kematiannya.
"Karena ukurannya cukup besar, jadi akan kami simpan dulu di Fakultas Perikanan Unmul. Setelah itu akan kami lakukan nekropsi untuk mencari tahu penyebab kematiannya. Yang jelas ini baru pertama kali ditemukan bangkai Pesut Mahakam di wilayah Samarinda," ujar perempuan yang akrab disapa Yaya, Jumat (21/6).
Sementara itu, Peneliti dari Yayasan Konservasi RASI, Danielle Kreb menerangkan bahwa temuan ini merupakan kematian Pesut Mahakam yang keempat kalinya dalam tahun ini. Melihat kondisinya, lumba-lumba air tawar ini dinilai oleh Danielle memasuki kode tiga, di mana kulitnya sudah mulai sedikit terkelupas. Kemungkinan besar pesut ini sudah mati selama satu hari dan hanyut dari hulu ke arah hilir.
"Karena ini adalah kematian keempat dalam tahun ini, kami akan selidiki penyebab kematiannya. Nanti saat proses nekropsi kami akan ukur panjangnya, dan penyebab kematian di luar dan dalam tubuhnya. Kemudian kami akan lakukan analisa di laboratorium untuk melihat apakah ada kandungan logam berat, penyakit atau masalah lain. Hasilnya baru bisa terlihat sekitar satu bulan," ucap perempuan asal Belanda itu.
Danielle mengungkapkan, berdasarkan data yang telah mereka himpun, pada 2023 populasi Pesut Mahakam hanya tersisa 67 ekor saja. Bahkan beberapa pesut sudah diberi nama, sehingga Yayasan Konservasi RASI bisa mengenali pesut yang mati ini hanya dengan melihat siripnya saja.
"Masing-masing pesut punya ciri khasnya sendiri. Ada sirip yang bisa dikenali bahwa dia dari kelompok mana. Nanti akan kami lihat berdasarkan database kami, tapi untuk sekarang kami belum tahu karena harus dicek di laboratorium dulu. Nanti akan kami cek," pungkasnya.
Penulis: Fajar
Editor: Maul
Benua Etam
Terima Silaturahmi Masyarakat Umum, Gubernur Kaltim Berikan Santunan Kepada 1.000 Penerima24 Jun 2024