968kpfm, Samarinda - Kualitas pendidikan di Indonesia, tak terkecuali Kaltim buyar karena pagebluk Covid-19. Sejak awal virus itu menyebar di seluruh Tanah Air, pemerintah mengambil sikap menghentikan semua kegiatan di sekolah.
Kemudian, kegiatan belajar mengajar beralih online atau daring. Alasannya tak lain adalah meminimalisir penyebaran virus.
Tidak terbiasa menerapkan metode baru ini, seluruh unsur pendidikan mulai dari pemerintah, tenaga pendidik dan masyarakat terkejut. Minimnya sarana dan prasarana penunjang membawa persoalan baru.
Dampaknya, banyak anak-anak kehilangan kemampuan dan pengalaman belajar. Mengacu pada istilah yang diungkapkan Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Makarim, fenomena ini disebut learning loss.
Learning loss adalah fenomena di mana sebuah generasi kehilangan kesempatan menambah ilmu karena ada penundaan proses belajar mengajar.
Perkara ini dibahas dalam special talkshow KPFM. Bertajuk Setahun Pandemi Covid-19, Bagaimana Kabar Sekolah Tatap Muka?, acara tersebut terpusat di Mal City Centrum Samarinda, Selasa, 4 Mei 2021.
Learning Loss Terjadi Pada Anak Didik
Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Samarinda, Asli Nuryadin membuka diskusi. Dia mengamini bahwa telah terjadi learning loss pada peserta didik.
Kompleksnya permasalahan sistem pembelajaran virtual tentu menjadi salah satu faktor penyebab fenomena ini terjadi. Hal tersebut diperparah dengan minimnya pengawasan orang tua.
Pemkot melalui Wali Kota Samarinda Andi Harun dan wakilnya Rusmadi, memberi lampu hijau untuk melakukan uji coba pembelajaran tatap muka (PTM). Hal itu terwujud dalam program sekolah tangguh.
"Tentu kami tidak ingin anak-anak kehilangan karakternya. Meski begitu, uji coba PTM juga tetap menerapkan protokol kesehatan yang ketat," ujar Asli.
"Di dalam uji coba tatap muka waktunya hanya 50 persen. Di dalam ruangan itu juga 50 persen. Sehingga ketuntasan kurikulum boleh di bawah 50 persen. Ini tidak masalah yang penting anak-anak bahagia dulu, dan kembali memiliki karakter," sambungnya.
Masalah kembali muncul ketika jam belajar siswa-siswi dikurangi. Dari awalnya 45 menit menjadi 30 menit. Demi mematuhi protokol kesehatan.
KPFM juga mengundang perwakilan sekolah yang telah menggelar pembelajaran tatap muka di Samarinda. Yakni SMP Nabil Husein di Loa Bakung, Sungai Kunjang dan SDN 022 di Berambai, Samarinda Utara.
Pada diskusi tersebut, mereka menceritakan proses belajar mengajar di masa pandemi.
Kepala SMP Nabil Husein mengakui terjadi penurunan kualitas belajar karena materi yang diberikan tidak 100 persen. Namun, pihaknya berupaya maksimal agar materi yang diberikan bisa diserap oleh peserta didik.
"Tetapi hal ini lebih baik jika kami kembalikan mereka kepada orang tua dan menjadi learning loss, dan membuat visi dan misi yang kami kerjakan tidak tercapai," sebutnya.
Hal yang sama juga diutarakan Kepala SDN 022 Samarinda Utara, Dzulkhaidir. Menurutnya, metode pembelajaran secara daring lumayan membebani orang tua murid.
Bahkan, para orang tua mendesak agar sekolah segera dibuka. Rasa jenuh dan ketidakmampuan mengajari anak-anak mereka jadi landasan.
"Kita tahu bahwa latar belakang orang tua di sini rata-rata kurang berpendidikan. Sehingga pendampingan kepada anak-anak menjadi tak optimal. Belum lagi sulitnya mengatur anak SD sehingga membuat psikis orang tua dan anak sangat terganggu," ucap Dzulkhaidir.
Sejak Awal Tak Siap Hadapi Pandemi
Ketua Komisi IV DPRD Samarinda Sri Puji Astuti memberi apresiasi terhadap seluruh unsur pendidikan, yang mampu bertahan di tengah situasi anyar ini.
Meski begitu, dia tetap menyoroti peran orang tua yang dirasa belum maksimal dalam membantu anak melaksanakan pembelajaran jarak jauh. Dia menilai, banyak orang tua tidak siap menghadapi pandemi.
"Padahal peran orang tua sangat diharapkan agar anak tidak kehilangan karakternya. Mereka butuh sosok yang jadi role model. Kalau di sekolah kan ada guru, tapi kalau teknis pembelajaran jarak jauh seperti sekarang, tentu orang tua yang harus menjadi contoh," jelas politisi Partai Demokrat itu.
Senada, Ketua Komisi IV DPRD Kaltim Rusman Yaqub menjelaskan bahwa peran orang tua dan lingkungan masyarakat sangat penting dalam tumbuh kembang anak. Begitu juga dengan kedudukan seluruh stakeholder.
"Bukan hanya instansi yang bergerak di bidang pendidikan, tetapi semuanya harus terlibat. Karena pendidikan ini sifatnya universal, bukan hanya satu sektor saja," tegasnya.
Lebih lanjut, pria yang juga dikenal sebagai ketua DPW Partai Persatuan Pembangunan (PPP) itu melihat bahwa pandemi Covid-19 memberi hikmah.
Seluruh masyarakat didorong untuk beradaptasi dan berinovasi. Sehingga dunia pendidikan di Kaltim, khususnya Samarinda bisa kembali menggeliat dan tidak jalan di tempat.
Penulis: Fajar
Editor: Maul
Benua Etam
Terima Silaturahmi Masyarakat Umum, Gubernur Kaltim Berikan Santunan Kepada 1.000 Penerima03 Jun 2021