968kpfm, Samarinda - Pola penjualan narkotika terlihat mulai bergeser dari yang dulu berada di tempat hiburan malam (THM), kini mulai merambah ke para pekerja tambang dan perkebunan.
Hal tersebut disampaikan langsung oleh Humas Badan Narkotika Nasional (BNN) Kota Samarinda, Ahmad Fadholi, dalam workshop penguatan kapasitas kepada insan media untuk mendukung kota tanggap ancaman narkoba, di Hotel Grand Victoria, Kamis (18/3/2021).
Kesimpulan tersebut, kata Fadholi, didapat saat BNNK Samarinda mengumpulkan seluruh manajemen THM di Kota Tepian. Menurutnya, manajemen THM sudah mulai sadar akan bahaya narkoba untuk keberlangsungan bisnisnya.
"Mereka tahu resikonya. Kalau ada yang menyediakan narkoba, pasti mereka juga yang akan merugi. Jadi mereka bersama kami (BNNK Samarinda) berkomitmen untuk melakukan pencegahan di internalnya," sebut Fadholi.
Namun, berkurangnya peredaran dan penyalahgunaan narkotika di THM ternyata menimbulkan permasalahan baru di kawasan para pekerja tambang dan perkebunan. Para bandar narkotika mulai mengubah pola penjualan yang dulunya menyasar masyarakat umum menjadi kelas pekerja.
Fadholi menilai, pergeseran ini terjadi lantaran masih ada pola pikir masyarakat yang menganggap narkoba sebagai doping untuk memperkuat stamina saat bekerja. Fadholi pun tak menampik hal tersebut, tetapi ada hal yang perlu diperhatikan para pekerja utamanya terkait efek samping penggunaan narkoba.
"Sebenarnya itu cuma alibi mereka. Memang betul melek 3 hari, tapi setelah itu kan mereka drop sampai 4 hari lamanya. Tentu ini bisa merusak tubuh dan merugikan perusahaan, karena membuat pekerja menjadi tidak fokus," imbuh Fadholi.
"Mereka beranggapan narkoba itu adalah solusi, padahal itu hanya akan menimbulkan masalah baru," pungkasnya.
Benua Etam
Terima Silaturahmi Masyarakat Umum, Gubernur Kaltim Berikan Santunan Kepada 1.000 Penerima18 Mar 2021