Pendengar KP (Samarinda) - Belakangan terakhir, masyarakat Indonesia diresahkan dengan kabar tersebarnya virus cacar monyet atau Monkeypox. Virus ini ditemukan di Singapura melalui seorang pria berkebangsaan Nigeria yang tengah berkunjung ke negara tersebut pada 9 Mei 2019.
Untuk mengetahui lebih dalam mengenai virus cacar monyet, KPFM menghadirkan narasumber berkompeten dalam Rabuan Talkshow, yang mengangkat tema: "Antisipasi Cacar Monyet di Kalimantan Timur", Rabu (22/5/2019).
Talkshow yang berlangsung selama satu jam, dari pukul 10.00-11.00 Wita tersebut dihadiri Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Umum (RSU) Samarinda Medika Citra (SMC), Dr Vera Madonna dan Kasi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Dinas Kesehatan Kaltim, Dr Ronny Setyawati.
"Ini sebenarnya penyakit yang disebabkan oleh virus yang disebut zoonosis atau virus yang disebarkan hewan. Pertama kali ditemukan sekira 1958 pada hewan primata. Tahun 1970-an baru diketahui baru bisa menular ke manusia," kata Vera, mengawali talkshow pagi itu.
Penularannya, lanjut Vera, dari hewan ke hewan, terutama monyet dan tikus. Kemudian menular ke manusia, yang dikenal penularan sekunder.
Vera menjelaskan, gejala monkeypox ini seperti cacar air, tapi lebih ekstrim. Pada minggu pertama, penderita akan terkena flu, demam, suhu badan panas, dan nyeri otot.
Setelah demam pertama, muncul ruam-ruam di badan, wajah, telapak kaki dan tangan serta di mulut hingga alat kelamin.
Vera menyebut, monkeypox adalah jenis penyakit swasirna atau dapat sembuh dengan sendirinya pada fase 3 minggu, sehingga masyarakat tidak perlu resah dengan kehadiran virus ini.
"Sampai tiga minggu akan sembuh sendiri, Swasirna. Kekebalan tubuh akan kembali normal," ucapnya.
Menurut Vera, tidak ada pengobatan spesifik pada penderita cacar monyet. Mereka yang terkena hanya diberi obat demam, cairan di tubuh akan dikontrol jika dehidrasi, dan memberi pencegahan infeksi pada ruam-ruam di bagian badan.
"Kalau parah hingga berujung kematian, biasanya ada penyakit lain yang menyertai atau sudah diderita sebelum terkena monkeypox," sebutnya.
Sementara itu, Kasi P2PM Dinas Kesehatan Kaltim, Dr Ronny Setyawati mengungkapkan, di Indonesia belum ada penderita virus cacar monyet. Sehingga dia meminta masyarakat agar tak perlu resah, lantaran Kementrian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia dan seluruh jajaran telah berusaha mengantisipasi.
"Kita sudah waspada. Alhamdulillah sampai sekarang belum ada," ujar Ronny.
Ronny menyampaikan, sosialisasi telah diinformasikan kepada fasilitas kesehatan (faskes) di seluruh Kaltim. Selain diinstruksikan untuk menyosialisasikan monkeypox, rumah sakit dan puskesmas pun diajak melakukan pencegahan dini terhadap penyakit dari Afrika itu.
"Semuanya sudah digerakkan untuk menyebarkan informasi apa itu monkeypox. Agar masyarakat tidak bingung," tandasnya.
Dokumentasi: KPFM Samarinda
Penulis: Maul
Editor: *
Benua Etam
Terima Silaturahmi Masyarakat Umum, Gubernur Kaltim Berikan Santunan Kepada 1.000 Penerima22 May 2019