Pendengar KP (Samarinda) - Bantaran Sungai Karang Mumus (SKM) yang kini dipadati rumah-rumah warga, disinyalir menjadi salah satu faktor yang membuat Kota Samarinda dilanda bencana banjir.
Hal ini disampaikan Ketua Gerakan Memungut Sehelai Sampah-Sungai Karang Mumus (GMSS-SKM), Misman, di Kantor Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kaltim, Jalan Biola, Samarinda, Sabtu (27/7/2019).
Menurut Misman, SKM merupakan wadah potensial bagi air bersinggah. Dia menuturkan, ada sejumlah teknik yang bisa dilakukan baik bagi masyarakat ataupun pemerintah guna mengentaskan persoalan banjir, tanpa merusak SKM.
"Bikin kota air seperti di Cina. Rumahnya pakai rumah panggung,” kata Misman, Sabtu (27/7).
Masyarakat di pinggir SKM, lanjut Misman, masih banyak yang memiliki kebiasaan membuang sampah sembarangan. Bahkan, dia menyebut, terdapat sejumlah warga yang melakukan aktivitas di ATM (Anjungan Tinja Mandiri). Istilah ATM, mengacu pada saluran pembuangan tinja yang pembuangannya langsung mengarah ke sungai.
“Masih banyak ATM di rumah-rumah warga,” ucapnya.
Lebih jauh dia menerangkan, lahan-lahan yang ditempati masyarakat sekarang merupakan Daerah Aliran Sungai (DAS). Dia menambahkan, semestinya masyarakat tidak bermukim di area itu.
“Rumah air jangan diganggu,” imbuhnya.
Misman juga meminta kepada masyarakat agar tidak mengkambinghitamkan SKM, jika terjadi banjir karena airnya meluap. Dia berpendapat, oknum-oknum yang mengeruk rawa-rawa di pinggir SKM, yang harus disalahkan.
Parahnya, ujar Misman, Pemerintah Kota (Pemkot) Samarinda membuat taman di pinggir SKM, dan bagian tersebut diturap atau disemen. Sehingga, dia merasa hal demikian akan menghilangkan resapan air.
“Kualitas dan kuantitas air SKM itu sangat diperlukan,” pungkasnya.
Dokumentasi: Kpfm Samarinda
Penulis: Maul
Benua Etam
Terima Silaturahmi Masyarakat Umum, Gubernur Kaltim Berikan Santunan Kepada 1.000 Penerima29 Jul 2019