968kpfm, Samarinda - Hampir dua pekan musibah tanah longsor di bawah Jembatan Mahkota II sisi Palaran berlalu. Namun, belum ada langkah antisipasi yang diambil pemerintah untuk menghindari terjadinya longsor susulan, di kawasan yang kelak akan dibangun Instalasi Pengolahan Air (IPA) Kalhol itu.
Beda pendapat antara pemerintah dan kontraktor pembangunan IPA Kalhol, yakni PT Nindya Karya. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tersebut bersikukuh meminta izin pemerintah untuk melakukan penanganan sementara. Sedangkan pemerintah masih menunggu hasil investigasi dari pihak terkait.
Setelah melalui pertimbangan yang matang, akhirnya pemerintah memberi izin kepada PT Nindya Karya untuk melakukan penanganan sementara.
Penanggung Jawab Proyek IPA Kalhol dari PT Nindya Karya, Rensi mengatakan, sebagai langkah awal pihaknya akan membangun pondasi menggunakan metode cerucuk galam, guna memberi perawatan terhadap tanah lunak di area itu.
"Cerucuk galam ini dipakai untuk menahan tanah agar tidak longsor. Cerucuk galam dipasang sepanjang 4 meter di area longsor. Ada 1.000 batang yang telah terpasang dan pemasangannya akan dilapis, sehingga semakin kuat," ucap Rensi saat dihubungi melalui sambungan telepon, Kamis (6/5).
Lereng Bukit Dipasang Plastik
PT Nindya Karya, kata Rensi, akan memasang proteksi berupa plastik di lereng bukit tepat di atas proyek IPA Kalhol.
Selain itu, pihaknya juga sudah membangun saluran pembuangan air. Hal tersebut dilakukan agar air dari lereng bukit tidak mengalir ke titik longsor.
Tak hanya itu, Rensi juga telah melakukan koordinasi dengan pengelola Jembatan Mahkota II untuk selalu memantau kondisi jalan penghubung antara Palaran dan Sambutan tersebut.
"Walau berdasarkan pengamatan kami (PT Nindya Karya) Jembatan ini tidak bergerak, namun kami tetap berkoordinasi dan membahas hal ini bersama pengelola jembatan dan pemerintah pusat," lugasnya.
Penanganan Permanen Akan Dilakukan Awal Juni
Menurut Rensi, pemasangan pondasi dengan metode cerucuk galam merupakan langkah sementara supaya longsor tidak terus melebar. Saat ini pihaknya sedang mengambil data primer seperti data bor, data elevasi, serta data kedalaman sungai.
Rensi menuturkan, data tersebut diambil karena pihaknya harus melindungi sungai dan konstruksi jembatan. Sembari melakukan pengukuran, pihaknya juga masih menunggu desain perbaikan yang masih dibahas oleh pihak terkait.
"Jadi itu (data primer) digunakan untuk menentukan teknik penanganan longsornya. Estimasinya paling lambat satu minggu sudah selesai," ungkapnya.
Lebih lanjut, setelah penanganan sementara sudah selesai. PT Nindya Karya akan melanjutkan proses penanganan permanen yang rencananya akan dimulai pada awal Juni nanti.
Penulis: Fajar
Editor: Maul
Benua Etam
Terima Silaturahmi Masyarakat Umum, Gubernur Kaltim Berikan Santunan Kepada 1.000 Penerima06 May 2021