Main Image
Kota Tepian
Kota Tepian | 17 Aug 2022

Sopir Truk Kesulitan dapat Solar, Distribusi Sembako di Pelabuhan Samarinda Terhambat

968kpfm, Samarinda - Sulitnya mendapatkan solar subsidi sangat dirasakan oleh sopir truk ekspedisi. Kalaupun dapat, jumlahnya tidak mencukupi untuk perjalanan dengan jarak yang cukup jauh.

Tak jarang mereka terpaksa harus mengeluarkan ongkos lebih agar bisa kembali pulang ke rumah bertemu keluarga.

Hal itu dirasakan oleh Andi Asdar (40) seorang sopir truk yang kerap mendistribusikan sembako dari Pelabuhan Samarinda ke berbagai kabupaten/kota di Kaltim. Bahkan tak jarang ia memilih untuk tidak melayani angkutan barang karena ongkos perjalanan lebih besar dibanding pemasukan.

"Kalau dalam perjalanan bahan bakar misalnya tidak cukup mau gak mau kami beli eceran dengan harga yang lebih mahal. Ini terpaksa kami lakukan dari pada tidak bisa pulang. Makanya kami kadang kalau mau muatan harus perhitungkan dulu, tidak langsung angkut saja," sebut Asdar, Selasa (16/8).

Asdar menjelaskan, selama ini ketika ingin mengisi BBM di SPBU, dirinya harus mengambil nomor antrean terlebih dahulu untuk mendapatkan solar. Setelah dapat, dia tidak bisa langsung mengisi dan butuh waktu lama untuk mengantre agar menerima bahan bakar subsidi.

Tak berhenti sampai disitu, masalah kembali menderanya ketika pemerintah dan Pertamina membatasi pembelian solar maksimal 80 liter menggunakan fuel card. Tentu bahan bakar itu tidak akan cukup untuk sampai ke kabupaten yang jaraknya jauh seperti Berau.

"Pernah saya mengisi pada hari Kamis sembari mengambil antrean untuk Sabtu. Namun saya dilarang karena berjarak satu hari pasca pengisian pertama dan dianggap dobel. Padahal kan kalau dobel itu apabila tidak ada jeda pengisian. Makanya sekarang untuk mendapat bahan bakar saja kami kesulitan," cerita Asdar.

Sulitnya sopir truk mendapatkan bahan bakar juga berdampak pada distribusi logistik di Pelabuhan Samarinda. Dari pantauan KPFM di terminal bongkar muat barang, berbagai kebutuhan pokok masyarakat seperti beras, sayuran, hingga bahan pangan ternak ayam terbengkalai di area pelabuhan.

Pimpinan Pekerja Bongkar Muat, Asia Muhidin menuturkan bahwa sembako yang berasal dari Sulawesi Selatan itu sudah terbengkalai di area pelabuhan sejak Minggu (14/8) lalu. Tercatat ada 6 kapal yang datang dari Pelabuhan Parepare guna pengiriman sembako, namun semuanya hanya bisa ditaruh di kapal atau area pelabuhan.

Hal ini disebabkan banyaknya truk yang tidak mendapatkan bahan bakar, sehingga proses distribusi menjadi terhambat. Selain itu kepulangan kapal pengangkut logistik ini juga tertunda karena barang yang ada masih berada di area kapal.

"Biasanya ada 70 unit truk yang dipakai untuk mendistribusikan barang. Namun saat ini ada sekitar 50 unit yang tidak bisa berangkat. Sisanya hanya bisa memanfaatkan solar yang ada guna mengirim di area Samarinda saja semisal ke pasar-pasar," ungkap Muhidin.

Muhidin menyebut, apabila bahan pokok ini dibiarkan terbengkalai hingga berhari-hari, maka sembako ini akan rusak dan membusuk. Apalagi saat ini sedang musim penghujan.

"Otomatis kalau ada yang rusak tentu pemesan akan minta ganti rugi. Itu akan berdampak pada ongkos buruh yang harus dipotong," tuturnya.

Lebih lanjut, Muhidin menginginkan agar permasalahan ini dapat segera diselesaikan oleh pemerintah. Ia berharap ada prioritas terhadap angkutan bahan pokok untuk mendapat solar subsidi bagi pengiriman ke luar kota.

"Tentu ini nantinya akan berpengaruh kepada ketersediaan pangan masyarakat kalau dibiarkan begini terus. Kami harap ini bisa menjadi atensi dari pemerintah," pungkasnya.

Penulis: Fajar
Editor: Maul

Share This Post
More News

Tap anywhere to start radio 96.8KPFM 🎵