968kpfm, Samarinda - Stunting masih jadi persoalan kesehatan yang dihadapi masyarakat Indonesia, tak terkecuali di Kaltim. Menurut Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) tahun 2021 prevalensi stunting di Benua Etam mencapai 22,8 persen, sementara nasional berjumlah 24,4 persen.
Angka stunting secara nasional maupun di Kaltim, melebihi ketentuan yang direkomendasikan Organisasi Kesehatan Dunia alias WHO, yakni 20 persen.
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pun harus memastikan intervensi yang dilakukan tepat sasaran. Targetnya, prevalensi stunting menjadi 14 persen pada 2024 mendatang.
Sesuai arahan pemerintah pusat, perlu adanya lembaga yang bekerja lintas sektoral di daerah dalam upaya menekan laju stunting.
Tujuannya agar permasalahan ini cepat diidentifikasi dan diinventarisir. Sehingga tercipta generasi emas berkualitas di Tanah Air.
Pada Senin (18/7), Gubernur Kaltim, Isran Noor mengukuhkan Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) tingkat provinsi. Ia berharap, tim in dapat memenuhi target pemerintah pusat di tahun 2024.
"Target dari Kepala Perwakilan BKKBN Kaltim, penurunan stunting pada 2024 itu 12,8 persen. Itu luar biasa, padahal kita masih 22 persen lebih. Masih di atas standar WHO," kata Isran dalam sambutannya di acara yang juga memperingati Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-29 tahun 2022 tingkat Provinsi Kaltim itu.
Isran memaparkan, ada dua indikator yang mesti jadi fokus TPPS untuk mengurangi angka stunting Kaltim. Yaitu, kematian ibu melahirkan dan kematian bayi.
"Ini yang akan digarap, kita fokuskan dalam menyelesaikan masalah keluarga ini," tandasnya.
Di lokasi yang sama, Deputi Bidang Advokasi, Penggerakan, dan Informasi (Adpin) BKKBN RI, Sukaryo Teguh Santoso menjelaskan strategi supaya angka stunting ini berkurang.
Menurutnya, dengan sisa waktu 18 bulan ini, TPPS harus menaruh perhatian penuh pada jumlah stunting 22,4 persen tersebut. Pemenuhan gizi dan pola asuh yang baik, dan stimulasi tumbuh kembang dapat membuat penderita stunting panjang umur.
"Tetapi yang penting adalah mencegah, jangan sampai bertambah angka itu. Maka strateginya adalah pendekatan keluarga," ucapnya kepada awak media.
Sementara itu, Kepala Perwakilan BKKBN Kaltim, Dr Sunarto menyebutkan, tim TPPS tersebut siap bekerja 100 persen. Telah terbentuk di tingkat provinsi, kabupaten/kota, sampai di desa dan kelurahan.
Ia berharap, implementasi kinerja TPPS dapat membuahkan hasil maksimal. Terlebih, bagian pendamping keluarga, yang menjadi ujung tombak dalam mengurangi angka stunting di Kaltim.
"Dalam penurunan stunting ini, faktor kelembagaan itu sangat berperan. Sehingga diharapkan dapat berkoordinasi dengan baik," pungkasnya.
Penulis: Maul
Benua Etam
Terima Silaturahmi Masyarakat Umum, Gubernur Kaltim Berikan Santunan Kepada 1.000 Penerima18 Jul 2022