KPFM SAMARINDA - Coronavirus Disease 2019 atau Covid-19 yang tersebar hampir di belahan dunia menimbulkan ketidakpastian. Mulai dari dunia pendidikan, olahraga, hingga ekonomi.
Dampak penularan virus yang pertama kali muncul di Wuhan, Tiongkok ini turut mengubah operasional berbagai sektor bisnis, tak terkecuali usaha ritel di Indonesia.
Meski penjualan anjlok, beberapa industri retail masih beroperasi di tengah pandemi. Hanya saja, prosedur yang dilaksanakan mulai diperketat sesuai protokol kewaspadaan, sesuai anjuran pemerintah.
Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Kaltim, Gatot Teguh Januar menuturkan, kondisi yang ditimbulkan Covid-19 membuat pertemuan lebih terbatas. Namun, ada saja konsumen yang masih berbelanja. Walau lebih condong ke bahan pokok, demi memenuhi kebutuhan keseharian.
"Ritel seperti non bahan pokok (baju, mainan dll) mulai menurun, konsumen lebih mengarah kepada kebutuhan pokok sehari-hari. Mereka cenderung hati-hati dalam pengeluaran, dan memilih berbelanja bahan pokok," ucapnya, Senin (20/4/2020) siang.
Teguh menjelaskan, sektor ritel memang mengalami penurunan penjualan yang cukup signifikan, yakni 10-30 persen. Lesunya industri ritel tak jauh berbeda dengan usaha mikro kecil menengah (UMKM).
Bahkan, UMKM mengalami penurunan penjualan sebesar 40 persen akibat Covid-19. Dirinya mengatakan, untuk menyiasati hal tersebut, perlu adanya inovasi dari para pelaku UMKM agar tidak keuntungannya tidak merosot tajam.
"Saya memperkirakan ritel sendiri tak jauh beda, karena untuk bahan baku sendiri, para pelaku usaha UMKM mengambil barang dari distributor ritel," kata Teguh.
Dalam kesempatan ini, Teguh berharap agar masa pandemi Covid-19 segera berakhir sehingga aktivitas bisnis kembali normal, serta tidak ada karyawan yang harus dirumahkan karena wabah ini.
Penulis: Fajar
Editor: Maul
Benua Etam
Terima Silaturahmi Masyarakat Umum, Gubernur Kaltim Berikan Santunan Kepada 1.000 Penerima20 Apr 2020