KPFM SAMARINDA - Setelah menjalani masa inkubasi selama 14 hari di Natuna, Kepulauan Riau, 14 Warga Negara Indonesia (WNI) asal Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) yang dievakuasi dari Wuhan, Tiongkok tiba di Bumi Etam.
Sebanyak 5 orang, mendarat di Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan Balikpapan. Sementara 9 orang lainnya, tiba di Bandar Udara Aji Pangeran Tumenggung (APT) Pranoto Samarinda, sekitar pukul 11.05 WITA.
Tangis haru menyertai keluarga, kerabat dan sahabat yang menjemput ketika mereka baru turun dari pesawat.
Kepada KPFM, Mahasiswi Hubei Minzu University, Innesa Alviani Nur Fadila mengaku senang bisa kembali ke Tanah Air. Kegembiraan itu nampak terasa lantaran masyarakat mampu menerimanya tanpa stigma negatif.
"Senang banget bisa bertemu keluarga. Masyarakat juga terima kami dengan senang. Tidak membedakan kami," kata Innesa, Minggu (16/2/2020) siang.
Dia bercerita, selama proses karantina, kegiatan yang disuguhkan sangat baik. Bahkan dia menyebut, aktivitasnya tidak seperti karantina.
"Nyaman banget di sana. Pagi dan sore olahraga. Makanannya juga enak," ungkapnya.
"Sampai di Kaltim saya pengin sekali makan bakso," lanjutnya.
Dia menuturkan, semestinya dia harus melanjutkan perkuliahan pada Senin, 17 Februari 2020. Karena situasi yang belum kondusif di Negeri Tirai Bambu, pihak kampus tempat Innesa berkuliah bakal menggelar kelas daring.
"Nah, saya masih menghubungi kampus, kapan dimulainnya kelas online kami," cetusnya.
Hal yang paling berkesan selama di Natuna, ujar Innesa, kebersamaan dengan warga dari daerah lain. Mereka kerap berkomunikasi menggunakan bahasa masing-masing, terlebih memakai Bahasa Tiongkok.
"Ketemu sama orang dari Sabang sampai Merauke. Beda bahasa. Kadang-kadang coba-coba pakai bahasa Cina," tandasnya.
Mahasiswi Huangshi University, Rizka Nurazizah mengungkapkan hal senada. Dia ingin sekali makan bakso setibanya di Kaltim.
"Sudah tiga tahun tidak makan bakso," kata Rizka, Minggu (16/2/2020).
Dia berkisah, selama berada di Tiongkok, sempat menghadapi kesulitan. Seperti tidak ada transportasi yang beroperasi dan persediaan makanan yang terbatas.
"Dari kampus dihimbau agar tidak keluar kampus. Makanan terbatas. Kami kesusahan untuk makan," jelasnya.
Kesediahan pun dirasakan wanita berhijab itu tatkala harus berpisah dengan ratusan WNI lainnya.
"Kami semua menangis saat berpisah," pungkasnya.
Diketahui, Hubei Minzu University wadah Innesa mengemban pendidikan berada di Kota Enshi. Sementara kampus tempat Rizka belajar berada di Kota Huangshi. Keduanya berada di Provinsi Hubei, teritori yang sama dengan Kota Wuhan, asal virus corona berasal.
Penulis: Maul
Benua Etam
Terima Silaturahmi Masyarakat Umum, Gubernur Kaltim Berikan Santunan Kepada 1.000 Penerima16 Feb 2020