968kpfm, Samarinda - Jasad Aan Ariyadi (22), yang dilaporkan tenggelam akibat abrasi di bawah Jembatan Mahkota II sisi Palaran pada Minggu (25/4/2021) lalu, telah ditemukan tim SAR gabungan di perairan Sungai Mahakam, segmen Palaran, Selasa (27/4/2021).
Kepala Kantor Pencarian Kelas A Balikpapan, Melkianus Kotta menuturkan, pemuda 22 tahun tersebut ditemukan sejauh satu kilometer dari lokasi awal korban diduga tenggelam. Yakni di dekat pilar Jembatan Mahkota II.
"Korban ditemukan dalam keadaan meninggal dunia. Setelah dievakuasi ke darat, korban langsung dibawa ke RSUD AW Sjahranie untuk menjalani proses visum," kata Melkianus, Selasa (27/4).
Tercebur Saat Asyik Memancing
Terpisah, Koordinator Unit Siaga SAR Samarinda, Riqi Effendi menjelaskan kronologi korban tenggelam tersebut. Sebelum tanah longsor terjadi, Aan dan kawannya Galih Sandi Saputra (22) sedang memancing di sekitar lokasi kejadian.
Mengutip pernyataan Galih saat diperiksa, Riqi menyebut bahwa tanah yang mereka duduki mendadak terhisap ke Sungai Mahakam. Keduanya pun mencoba melompat agar tidak terbawa oleh material tanah.
"Saksi saat itu berhasil memegang tali ponton sehingga berhasil menyelamatkan diri. Sementara korban tidak berhasil menyelamatkan diri. Meski sempat muncul sebentar ke permukaan, nyawa korban tidak dapat diselamatkan lagi," imbuhnya.
Investigasi Terjadinya Abrasi Terus Berjalan
Imbas musibah ini, Wali Kota Samarinda, Andi Harun mengambil kebijakan menutup arus lalu lintas di Jembatan Mahkota II.
Jembatan yang menghubungkan Sambutan dan Palaran itu dibuka ketika hasil investigasi terjadinya pergeseran pilar telah selesai.
Pembangunan Instalasi Pengolahan Air (IPA) Kalhol di area itu diduga menjadi penyebab abrasi. Dugaan lainnya, palung yang berada 20 meter di dekat bibir sungai sisi Palaran, memicu musibah itu.
Kepala Balai Prasarana Permukiman Wilayah (BPPW) Kaltim, Sandhi Eko Bramono menjelaskan kepada awak media terkait adanya dugaan pembangunan IPA Kalhol yang menyebabkan abrasi.
Dia menuturkan, aktivitas konstruksi fisik besar pembangunan IPA Kalhol belum dimulai. Bahkan material pembangunan tiang pancang belum dipasang sama sekali.
"Penyebabnya bisa jadi multifaktor. Tapi bisa saja bukan disebabkan oleh proyek ini. Saat ini pihaknya baru melakukan tahap penimbunan di lokasi pembangunan IPA. Karena lokasinya jauh dari sungai, jadi kami lakukan penurapan darat," terang Sandhi.
"Perihal aktivitas penurapan darat, kami tidak pakai vibrator atau penggetar. Kami uruk seperti biasa saja," lanjutnya.
Sandhi melanjutkan, selama proses pembangunan IPA Kalhol, pihaknya menemukan adanya aktivitas penambangan pasir di sekitar tempat kejadian. Walau sudah tak lagi beraktivitas sejak Februari lalu, namun bisa saja hal ini menyebabkan perubahan kontur tanah di area pinggir Sungai Mahakam.
"Intinya kegiatan yang dilakukan di Balai PPW sudah mengikuti prosedur keselamatan," tutupnya.
Penulis: Fajar
Editor: Maul
Benua Etam
Terima Silaturahmi Masyarakat Umum, Gubernur Kaltim Berikan Santunan Kepada 1.000 Penerima28 Apr 2021