968kpfm, Samarinda - Ramadan selalu identik dengan kuliner atau hidangan khas suatu daerah. Di Samarinda, ada satu kudapan yang kerap tersaji di atas meja makan masyarakat. Warnanya bervariasi, serta memiliki tekstur yang lentur dan lengket.
Hidangan ini memiliki nama-nama yang berbeda di setiap daerah, namun di Kota Tepian, masyarakat mengenalnya dengan sebutan kue talam.
Mengapa disebut talam? Karena adonan kue tersebut ditempatkan pada wadah loyang bulat yang disebut dengan talam atau nama lainnya adalah baki dan nampan.
Di Samarinda, terdapat satu brand bernama Maskota, yang terkenal menjajakan jajanan kue tradisional khas Samarinda ini. Letak gerainya pun tidak jauh dari pusat kota, yakni di Jalan Bung Tomo, Kelurahan Baqa, Kecamatan Samarinda Seberang.
Bermula dari Bisnis Keluarga
Nama besar Maskota sudah tidak diragukan lagi di seantero Kota Tepian. Namun, sang pemilik bernama Maskota Muradiah, awalnya hanya menjajakan kue talam milik besannya, yaitu Hj Hatim dari rumah ke rumah pada tahun 1970 silam.
Meski masih berumur belia saat itu, wanita yang kini berusia 69 tahun tersebut tetap semangat untuk membuat dan menyajikan kue talam. Tidak mudah untuk membuat hidangan khas seperti kue talam pada saat itu.
"Jadi ibu saya dulu harus bangun setiap jam 12 malam untuk membantu nenek membuat kue talam. Dulu hanya pakai tungku sehingga proses pembuatannya cukup lama," ucap anak dari ibu Maskota, Khairunnisa.
Setelah besannya wafat, ibu Maskota melanjutkan bisnis yang dirintis Hj Hatim bersama saudara dari suaminya. Pada tahun 1980, Maskota memutuskan untuk membuat kue talam sendiri, namun tetap mencantumkan nama Hj Hatim.
Menurut anak bungsu Maskota itu, sang ibu memilih untuk merintis usaha sendiri karena ingin mempertahankan kualitas dan rasa kue basah khas Hj Hatim. Selain itu, sudah terlalu banyak pihak keluarga yang membuka dagangan kue talam dengan brand Hj Hatim.
"Karena banyak yang membuka brand Hj Hatim, rasanya pun menjadi berbeda-beda. Makanya kami membuka gerai sendiri," kata wanita yang akrab disapa Ica itu.
Resep Sama, Teknik Pengolahan Beda
Tidak ada yang berbeda dalam resep olahan kue talam yang dibuat oleh Maskota. Beberapa bahan seperti tepung-tepungan, santan, gula dan gula merah menjadi bahan baku utama.
Satu hal yang membuat kue basah olahan Maskota berbeda dari kue produk lain, yakni teknik pengolahan. Ica menjelaskan, beberapa bahan seperti santan diolah dengan teknik khusus agar kondisinya tidak terlalu matang atau sebaliknya. Begitupun dengan cara mengaduk gula agar benar-benar hancur.
"Jadi kami masaknya bertahap, tidak semua langsung jadi," imbuhnya.
Proses produksi usai ketika Azan Ashar berkumandang. Di sana, konsumen telah berjejer mengantre kue pesanan mereka. Harganya bervariasi, mulai di kisaran Rp 25.000-Rp 30.000 per potong.
Penjualan Meningkat Saat Pandemi
Maskota juga membuka pemesanan melalui daring. Ica mengatakan, pembelian melalu online lebih digandrungi oleh konsumen karena lokasi gerai yang berada di Samarinda Seberang.
"Sering juga ada yang pesan dari Balikpapan atau Tenggarong. Kadang-kadang ada yang pesan dari Surabaya dan Jakarta," cerita Ica.
Jajanan tradisional ini hanya awet dalam waktu dua hari di suhu ruangan. Khusus yang berbahan santan justru tidak bertahan lama jika tidak dimasukkan ke dalam lemari pendingin.
Wabah Covid-19 yang melanda seluruh penjuru nusantara tak menghambat penjualan kue talam Maskota. Dalam hitungan jam saja, sebanyak 50-60 loyang bisa habis terjual. Terlebih, pemesanan secara online sangat membantu meningkatkan efektivitas penjualan.
"Kami bersyukur selama pandemi omzetnya tidak berkurang, bahkan trennya cenderung meningkat," ujarnya.
Amparan Tatak Jadi Primadona
Ica menerangkan, terdapat 16 varian kue talam yang disajikan. Satu yang menjadi primadona di kalangan konsumen adalah amparan tatak. Rasanya lembut, gurih dan manis membuat kudapan khas Banjar ini kerap tak bersisa menjelang waktu berbuka puasa.
"Kalau di sini yang paling laris amparan tatak. Biasanya sekitar jam 4 sore itu sudah habis dibeli konsumen, baik dari kalangan milenial ataupun orang dewasa," terang Ica.
Selain itu, dirinya juga ingin mengenalkan bahwa Maskota tidak hanya menjajakan kue talam, melainkan beragam sayuran, lauk pauk, nasi kuning serta lontong sayur.
"Jadi kami tidak hanya ingin dikenal karena kue talamnya, tetapi karena makanan lain. Cita-cita saya ingin menjadikan Maskota ini sebagai sentra makanan tradisional dan restoran khas Samarinda," pungkasnya.
Penulis: Fajar
Editor: Maul
Benua Etam
Terima Silaturahmi Masyarakat Umum, Gubernur Kaltim Berikan Santunan Kepada 1.000 Penerima07 May 2021