968kpfm, Samarinda - Anggota DPRD Kaltim, Veridiana Huraq Wang angkat suara soal kenaikan harga beras di Kabupaten Mahakam Ulu. Menurut wanita yang akrab disapa Veri itu, kenaikan harga bukan hanya disebabkan menurunnya debit air Sungai Mahakam yang selama ini menjadi akses utama distibusi.
Faktor lain juga menjadi penyabab harga sembako seperti beras meroket tajam. Yakni, akibat sulitnya akses transportasi. Dengan kata lain, infrastruktur jalan belum memadai.
"Karena kemarau yang menyebabkan Sungai Mahakam tidak bisa dilayari kapal angkutan sembako memang jadi masalahnya. Tapis selain itu juga karena akses jalan yang belum merata. Inilah salah satu alasan mengapa Mahakam Ulu diperjuangkan untuk dimekarkan saat itu. Yaitu untuk mempercepat pemerataan pembangunan terutama infrastruktur jalan," anggota dewan dapil Kutai Barat dan Mahakam Ulu itu.
Legislator ini turut menyoroti kebijakan Pemerintah Provinsi Kaltim untuk menghubungkan akses jalan ke kabupaten termuda di Kaltim tersebut.
Padahal, berbagai aspirasi sudah disampaikan ke Pemprov Kaltim di sejumlah kesempatan. Dirinya pun berupaya terus mendorong agar segera dilakukan pemerataan pembangunan terutama akses jalan di daerah yang mengantarkannya di kursi legislatif.
"Tapi kenyataannya pembangunan berjalan lambat, karena hanya mengandalkan APBN dan APBD Provinsi. Mestinya harus keroyokan menjadi program prioritas dulu. Pembangunan harus satu misi antara daerah, Pemprov Kaltim, dan Pemerintah Pusat," terang legislator fraksi PDI-Perjuangan ini.
Untuk diketahui, Kecamatan Long Pahangai dan Long Apari menjadi wilayah yang paling terdampak. Untuk satu karung beras seberat 25 kilogram harganya mencapai Rp 750 ribu.
Dengan kata lain, harga perkilonya sebesar Rp 30 ribu. Padahal tahun lalu, harga sekilogram beras masih setengah dari itu. Harga ini pun terbilang sangat jauh jika dibandingkan dengan Kota Samarinda dan Balikpapan yang sekilogram berasanya rata-rata berkisar Rp 12–14 ribu.
Sulitnya akses transportasi akibat kemarau dan surutnya Sungai Mahakam menjadi permasalahannya. Terutama distribusi bahan pokok masih bergantung pada moda transportasi air. Sedangkan untuk jalur trans Kalimantan, sejauh ini masih belum terbangun dengan layak.
Sejauh ini kapal transportasi barang yang mengangkut bahan baku dari Samarinda sampai ke Long Bagun, Mahulu hanya sampai Kampung Long Iram, Kutai Barat. Akibatnya, biaya angkut bertambah karena harus menjemput bahan pokok dan kembali diangkut menggunakan kapal yang lebih kecil. Begitu pula stok bahan pangan di atas ulu riam hampir dipastikan langka dan harga barang pokok meroket di luar kewajaran.
Penulis: Maul
Benua Etam
Terima Silaturahmi Masyarakat Umum, Gubernur Kaltim Berikan Santunan Kepada 1.000 Penerima07 Feb 2023